Ming. Des 7th, 2025

Makanan Ready To Eat: Penyelamat di Saat Darurat, Penopang Kemanusiaan

Oleh ; Kang Eep,Indonesian Locavore Society

KETIKA bencana datang, tidak ada yang lebih berharga selain hal-hal paling dasar: keselamatan, air, dan makanan. Namun kita sering lupa satu kenyataan sederhana tapi menentukan: di hari-hari pertama setelah bencana, makanan yang dibutuhkan masyarakat bukan yang harus dimasak terlebih dahulu, tetapi yang bisa langsung dimakan.

Korban bencana sering berada di situasi tanpa listrik, tanpa kompor, tanpa alat masak, tanpa air panas, bahkan tanpa ruang aman untuk sekadar menyalakan api. Dapur umum pun tidak selalu bisa hadir di jam pertama atau hari pertama; akses terputus, relawan belum terkonsolidasi, dan logistik belum tersusun rapi. Pada titik inilah, makanan ready to eat (RTE) menjadi nyawa: buka, makan, bertahan.

Kita membutuhkan sumber makanan yang lengkap, protein, karbohidrat, sayuran, mineral, hingga makanan untuk anak dan lansia, yang aman, sehat, dan bisa langsung dikonsumsi. Dari protein seperti rendang, ayam suwir, ikan bumbu kuning, hingga karbohidrat seperti nasi putih RTE, nasi jagung, nasi singkong, atau ubi kukus siap santap. Bahkan sayur seperti sayur asem, lodeh, atau tumisan pun bisa diolah menjadi RTE yang awet tanpa pengawet berbahaya.

Inilah konsep pangan darurat modern: makanan lengkap, bernutrisi, dan siap santap — bukan sekadar makanan cepat, tetapi makanan yang menyelamatkan.

Bencana Mengajarkan Kita: Kita Perlu Cadangan Pangan yang Bisa Dimakan Seketika

Ketika gempa mengguncang, ketika banjir bandang memutus akses, ketika longsor menelan desa, masyarakat tidak bisa menunggu. Mereka butuh karbohidrat yang mengembalikan tenaga, protein yang menjaga daya tahan tubuh, sayuran yang menstabilkan nutrisi, dan makanan anak yang aman serta lembut.

Mie instan tidak cocok tanpa air panas. Beras tidak bisa dimakan tanpa dimasak. Sayuran tidak bisa dikonsumsi mentah. Bahkan makanan kaleng pun sering membutuhkan pemanasan untuk rasa optimal.

Tapi RTE menjembatani kebutuhan dasar itu: praktis → aman → tahan lama → langsung menguatkan.

Ini bukan sekadar inovasi, tetapi investasi kemanusiaan.

Namun Ada Syarat Penting: RTE Tidak Boleh Menjadi Makanan Berbahaya

Akan menjadi ironi jika makanan yang dikirim untuk menyelamatkan justru merusak kesehatan. Karena itu, produksi makanan RTE harus mengikuti prinsip yang jelas:

1. Tanpa pengawet kimia yang berbahaya
RTE modern tidak membutuhkan formalin, boraks, nitrit berlebih, atau bahan tambahan berbahaya lainnya. Teknologi sudah sangat maju.

2. Menggunakan teknologi pengolahan yang aman
Teknologi seperti:
retort (sterilisasi suhu tinggi)
autoclave makanan
pasteurisasi modern
bahkan HPP (high pressure processing)
mampu membuat makanan tahan 1–2 tahun tanpa pengawet, sambil mempertahankan:
nutrisi,
aroma,
tekstur,
dan keamanan pangan.

3. Menjaga nutrisi tetap utuh
Makanan darurat harus tetap:
tinggi protein,
tinggi serat,
rendah bahan kimia,
aman untuk anak dan orang tua,
dan layak menjadi konsumsi harian bila diperlukan.

4. Mengangkat potensi pangan lokal
Rendang RTE, pepes RTE, sayur asem RTE, nasi singkong RTE, ubi jalar RTE, semua ini bukan hanya logistik darurat, tapi juga bentuk kedaulatan pangan.

RTE Bukan Sekadar Makanan Praktis — Ini Tentang Kesiapsiagaan Nasional

Dengan perubahan iklim dan meningkatnya frekuensi bencana, Indonesia membutuhkan paradigma baru:

Setiap rumah perlu memiliki cadangan RTE.
Setiap pemerintah daerah perlu memiliki bank pangan RTE.
Setiap UMKM pangan bisa bergerak masuk ke industri RTE.

Produksi makanan RTE bukan hanya bisnis, tapi bagian dari strategi bangsa:
menjaga masyarakat ketika bencana datang,
memastikan nutrisi tetap terpenuhi,
dan mengurangi ketergantungan pada makanan impor atau industri besar.

RTE adalah bagian dari ketahanan pangan, kemanusiaan, dan martabat bangsa.

Dengan Makanan Siap Santap, Kita Menjaga Kehidupan

Makanan bukan sekadar energi. Ia adalah harapan, kekuatan, dan tanda bahwa manusia tidak dibiarkan sendirian dalam situasi paling rentan. Ketika kita menyiapkan RTE yang sehat, aman, dan berbasis pangan lokal, kita sedang mempersiapkan pelindung senyap bagi masyarakat.

Karena dalam momen-momen paling gelap, sering kali yang menyelamatkan bukan pidato panjang, bukan program besar, tetapi sekotak makanan yang bisa langsung dimakan.

 

By Media Sejahtera Indonesia

Laju Informasi Pengetahuan Masyarakat Indonesia yang Transpran, Adil dan Maju Guna Pembagunanan NKRI Lebih Baik

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *