Oleh : Syamsul Noor Al-Sajidi
Pekerja Budaya dan Ketua Departemen Data pada Pusat Data dan Kajian Sriwijaya (PDKS)*
Hermeunitika Sailendrawansa (Wangsa Sailendra atau Dinasti Sailendra) selalu berkaitan dengan dan tidak dapat dilepaskan dari Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Medang (Mataram Kuno)
.
Istilah Wangsa Sailendra dijumpai dalam banyak prasasti (batu bersurat/bertulis) peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Medang. Tidak ada seorang pun ahli sejarah berani menyangkal keterkaitan Wangsa Sailendra dengan dua kerajaan di Nusantara tersebut.
Sailendra merupakan nama wangsa/ dinasti yang pernah menyebarkan pengaruhnya ke hampir seluruh pelosok Nusantara, semenanjung Malaya (Singapura dan Malaysia sekarang),Thailand, Indochina (antara lain Vietnam, Laos, Burma, dan Kamboja), Filipina, dan hingga India, Arab, dan Timur Tengah.
Nama Sailendra dijumpai antara lain di dalam Prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Sailendragurubhis; Sailendrawansatilakasya; Sailendrarajagurubhis).
Ditemukan juga di dalam Prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Sailendrawansatilakena), di dalam Prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (Dharmmatungadewasya sailendra), Prasasti Sojomerto (Batang, Jawa Tengah) dari abad ke-8 M
asehi (Selendranamah) dan Prasasti Kayumwunan (Temanggung, Jawa Tengah) dari tahun 824 Masehi (Sailendrawansatilaka).
Semua prasasti tersebut ditemukan di Jawa Tengah, Indonesia.Nama dinasti ini ditemukan juga dalam Prasasti Ligor di Thailand dari tahun 775 Masehi dan juga dijumpai pada Prasasti Nalanda dari tahun 860 M di Bihar, India.
“Pujian bagi raja yang berhasilmenakluk kan musuhmusuhnya dan merupakan wujud kembar dewa kasta yang dengan kekuatannya disebut (sebagai dewa) Wisnu, kedua mematahkan keangkuhan semua musuhnya (Sarwarimadawimthana). Ia adalah keturunan dari (keluarga Sailendra) yang tersohor disebut Srimaharaja.”
(Prasasti Ligor B, Chaiya, Thailand)
Di dalam Prasasti Nalanda di India terukir nama Sailendrawansatilaka (Permata Dinasti Sailendra) dan Balaputradewa raja dari Swarnabumi. Penemuan nama dinasti ini di India telah benar-benar mengundang keingintahuan banyak peneliti Barat, terutama para ahli sejarah tentang siapakah dinasti tersebut yang mampu memahatkan nama besarnya di India.
Asal-usul Sailendra
Berbagai pendapat diajukan oleh para ahli sejarah dan arkeolog dari berbagai negara.
Ahli sejarah seperti Majumdar, Moens, dan Nilakanta Sastri menyatakan Sailendra berasal dari India. Majumdar mengandaikan Sailendra, baik di Sriwijaya (Sumatra) atau Medang (Jawa) berasal dari Kalinga (India Selatan). Nilakanta Sastri dan Moens mempunyai pendapat yang sama.
Moens menganggap keluarga ini berasal dari India dan tinggal di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang.
Pada 682 Masehi keluarga ini berangkat ke Jawa karena tekanan Dapunta Hyang dan tentaranya. Pada masa itu pusat Sriwijaya berada di Semenanjung Malaya.
Sedangkan Coedes mengajukan dugaan Sailendra berasal dari Funan (Kamboja). Jatuhnya Kerajaan Funan akibat kerusuhan telah mendorong keluarga ini ke Jawa.
Lalu mereka menjadi penguasa di Medang (Mataram) dan pada pertengahan abad ke-8 menggunakan Sailendra sebagai nama keluarga.
Ahli sejarah lain, Poerbatjaraka menegaskan Sailendra berasal dari Nusantara, yaitu dari Kepulauan Melayu (Sumatra).
Slamet Muljana berpendapat sama dengan Poerbatjaraka berdasarkan gelar ‘Dapunta’ yang ditemui dalam Prasasti Sojomerto.
Gelar ini juga ditemui pada Prasasti Kedukan Bukit (Dapunta Hiyang) dan Prasasti Talang Tuwo.
Ketiga inskripsi/prasasti itu ditulis dalam Bahasa Melayu Kuno yang ketika itu dipakai oleh masyarakat di Pulau
Sumatra.
Di sanalah pusat kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang diperkirakan berdiri pada akhir 600-an Masehi. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunannya adalah raja dari keluarga Sailendra. Asal-usul dari Kepulauan Melayu dan beragama Hindu-Siva. Tapi kemudian Panamkaran (salah seorang kerabat Sailendra) menjadi pengikut Buddha Mahayana.
Pendapat ini didasarkan pada Carita. Parahyangan yang menyebutkan bahawa Rakai Sanjaya memerintahkan anaknya, Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk berpindah agama karena agama ini dihormati oleh semua orang.
Pendapat Poerbatjaraka berdasarkan Carita Parahyangan, kemudian dikuatkan oleh inskripsi/prasasti yang ditemukan di wilayah Kabupaten Batang.
Dalam inskripsi yang dikenali sebagai Prasasti Sojomerto, selain nama Dapunta Sailendra disebutkan juga nama ayahnya Santanu dan ibunya bernama Bhadrawati (dapunta selendra namah santanu nama nda bapa nda bhadrawati nama aya nda sampula nama nda).
Menurut Boechari (1966), tokoh yang bernama Dapunta Sailendra adalah moyang dan pengasas kepada semua raja-raja dari keturunan raja Sailendra di Medang.
Siapa Sailendra?
Prasasti Sojomerto ditulis dalam Bahasa Melayu Kuno. Nama ‘Dapunta Selendra’ adalah kata/ejaan dalam Bahasa Melayu Kuno dari kata Sansekerta ‘Sailendra’. Jika keluarga Sailendra berasal dari India Selatan, sudah tentu mereka akan menggunakan bahasa Tamil atau setidaktidaknya bahasa Sansekerta pada prasasti mereka. Berdasarkan gaya paleografiknya, Prasasti Sojomerto ditulis pada pertengahan abad ke-7 Masehi.
Isi teks prasasti Sojomerto:
“… – ryayon çrî sata … … _ â kotî … namah ççîvaya bhatâra parameçva ra sarvva daiva ku samvah hiya
– mih inan –is-ânda dapû nta selendra namah santanû namânda bâpanda bhadravati namanda ayanda sampûla namanda vininda selendra namah mamâgappâsar lempewângih.”
Terjemahan inskripsi yang terbaca:
Sembah kepada Siwa Bhatara Paramecwara dan semua dewa-dewa … dari yang mulia Dapunta Selendra Santanu adalah nama bapaknya, Bhadrawati adalah nama ibunya, Sampula adalah nama bininya dari yang mulia Selendra.
Prasasti Sojomerto telah menggugurkan semua teori Majumdar, Nilakanta Sastri, Moens, Coedes, dan lain-lain. Prasasti ini memang kuat diyakini menetapkan asal-usul dinasti ini karena menerangkan siapakah Dapunta Sailendra dan ibu-bapaknya dalam bahasa Dapunta Sailendra yaitu bahasa melayu kuno. *