Jakarta,msinews.com— Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf didampingi Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, secara resmi melantik dan mengambil sumpah jabatan 1.323 guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk formasi fungsional guru di Sekolah Rakyat, Jumat 8 Agustus 2025.
Pelantikan dilakukan secara hybrid, dengan perwakilan guru dari enam titik mengikuti secara langsung di Gedung Aneka Bhakti, Kemensos, yakni Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 Jakarta Timur.
Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi, SRMA 10 Jakarta Selatan, SRMA 9 Jakarta Timur, SRMP 10 Bogor, dan SRMA 12 Bogor. Sementara para guru dari titik-titik lain di seluruh Indonesia mengikuti secara daring melalui Zoom.
Mengawali sambutannya, Gus Ipul menyampaikan apresiasi kepada seluruh guru dan pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Sekolah Rakyat.
Alhamdulillah baru saja kita melakukan pelantikan guru Sekolah Rakyat yang jumlahnya 1.323 dari berbagai sekolah rakyat yang tersebar di 100 titik,” kata Gus Ipul sapaan akrabnya.
Gus Ipul menegaskan, pelantikan ini sekaligus memastikan bahwa para guru yang dilantik akan memperoleh hak dan tunjangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Upacara pengambilan sumpah jabatan berlangsung khidmat, dengan bunyi sumpah yang dibacakan langsung oleh Gus Ipul dan diikuti oleh para guru.
“Bahwa saya akan setia dan taat kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan seluruh lurusnya, akan menjunjung etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya dan penuh dengan rasa tanggung jawab, menjaga integritas, tidak menyalahgunakan kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.”
Usai prosesi pelantikan, Gus Ipul menanggapi pertanyaan seputar sejumlah guru yang tidak memenuhi panggilan tugas dan siswa yang mengundurkan diri.
“Para kepala sekolah ini dulu juga mendaftar ikut seleksi, ada komitmen, ikut pembekalan, setelah selesai mereka bertekad untuk benar-benar melaksanakan sebagai kepala sekolah rakyat. Kalau ada yang tidak memenuhi panggilan, tentu kami menghormati,” tegasnya.
Sebagai tindak lanjut, Kementerian Sosial telah mengganti para guru yang tidak memenuhi panggilan dengan guru lain serta memastikan proses ini tidak menganggu proses belajar mengajar.
“Alhamdulillah, ini tadi saya dapat informasi dari Pak Sekjen (Robben Rico), per hari ini sudah terisi semua untuk menggantikan yang mengundurkan diri itu. Tapi pelantikannya nanti bersama guru-guru dari 59 titik (Sekolah Rakyat) berikutnya,” terangnya.
Proses serupa juga dilakukan untuk siswa yang mengundurkan diri. Dari total 9.705 murid Sekolah Rakyat, sebanyak 115 orang atau 1,4 persen menyatakan mundur.
Kemensos telah berupaya melakukan Langkah persuasif kepada siswa dan orangtua siswa, namun tetap menghormati keputusan yang telah diambil.
“Setelah berada di sekolah, sekitar 1,4 persen siswa mengundurkan diri. Kami tentu dengan berat hati menyetujui pengunduran dirinya itu. Tapi karena itu keputusan keluarga, kami tidak bisa memaksa,” terang Gus Ipul.
Ia menambahkan bahwa proses dialog dengan orang tua dan siswa tetap dikedepankan. Seleksi untuk siswa pengganti sudah dimulai dan proses belajar-mengajar tetap berjalan.
Pelantikan para guru Sekolah Rakyat disambut penuh haru dan suka cita oleh para kepala sekolah. Mereka menyampaikan berbagai perubahan nyata yang terjadi di lingkungan Sekolah Rakyat.
Iksan Cahyana, Kepala SRMA 12 Bogor, mengaku bersyukur bisa menyaksikan langsung perubahan anak-anak didiknya setelah mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah dan matrikulasi.
“Setiap hari kami selalu mendapat kejutan. Anak-anak yang tadinya hanya makan satu kali sehari, sekarang bisa makan tiga kali, dapat bimbingan dan tempat tidur yang layak. Mereka sering bilang, ‘Alhamdulillah’, ‘Terima kasih Wali Asuh, terima kasih Wali Asrama’,” ujarnya menirukan ucapan anak didiknya.
Iksan juga mengungkap bahwa banyak anak tidak ingin pulang ke rumahnya karena sudah merasa nyaman di asrama Sekolah Rakyat.
“Alhamdulillah, banyak anak yang betah di asrama, enggak mau pulang. Artinya itulah yang kami rasakan,” tuturnya.
Sementara itu, Fitri Puspitasari, Kepala SRMP 10 Bogor, menyampaikan tantangan dalam mendampingi siswa dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang beragam.
“Kami temukan 11 anak belum lancar baca tulis, bahkan ada dua anak dengan disabilitas intelektual. Maka guru-guru kami mendampingi satu-satu secara bergantian agar mereka tidak minder,” jelasnya.
Tak hanya fokus pada akademik, Sekolah Rakyat juga membangun karakter dan etika sejak awal.
“Kami membiasakan mereka menjaga kebersihan, merapikan tempat tidur, ibadah sesuai agama masing-masing. Di awal banyak drama, tapi makin ke sini anak-anak sadar bahwa semua ini untuk mereka sendiri,” Iksan Cahyana menambahkan.
Lastri Pajarwati, Kepala SRMA 13 Bekasi, mengatakan bahwa lingkungan asrama menjadi pembeda utama Sekolah Rakyat dibanding sekolah konvensional.
“Di sekolah biasa hanya 8 jam, di Sekolah Rakyat 24 jam. Maka pembiasaan, keasramaan, mentoring spiritual sangat penting. Bahkan ada yang tidak mau pulang karena ingin meringankan beban orangtua dan rindu belajar,” ungkapnya.
Lastri juga menyebut peran dukungan dunia usaha untuk Sekolah Rakyat.
“Ada PT IPU yang bantu dispenser air, anak-anak sebut itu ‘dispenser unlimited’. Wartawan yang datang juga bantu ajarkan jurnalistik karena anak-anak tertarik,” tuturnya.
Di sekolahnya, anak-anak juga dikenalkan pada batik ciprat untuk menyalurkan emosi.
“Batik yang diciprat anak yang sedang rindu, sedih, atau gembira itu beda. Itu bagian dari vokasional dan terapi emosional,” tambahnya.
Sekolah Rakyat dirancang sebagai miniatur pengentasan kemiskinan terpadu, dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.
“Saat ini sudah ada 70 Sekolah Rakyat yang beroperasi. Dan insya Allah pada tanggal 15 nanti, jika sarana dan prasarananya selesai, akan berdiri 100 titik yang memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional,” ujar Gus Ipul.
Terakhir, Gus Ipul berharap penyelenggaraan dan tata kelola Sekolah Rakyat terus diperkuat untuk memastikan program yang digagas Presiden Prabowo ini sukses.
“Siswa-siswa sudah mulai beradaptasi bahkan mulai nyaman dengan berbagai jadwal. Semoga ke depan tata kelola kita semakin baik dan bisa memenuhi seluruh kekurangan untuk mendukung visi Presiden,” tutupnya.