Jakarta, msinews.com– Adalah Cornelis Chastelein,warga kelahiran Amsterdam 10 Agustus 1657 dan wafat 28 Juni 1714 di Batavia (Jakarta).
Ayah Cornelis bernama Anthony Chastelein, dan Ibunya bernama Maria Cruydenier, adalah putri walikota Dordrecht yang bekerja untuk Perusahaan Hindia Barat Belandа.
Sosok Cornelis seperti dikisahkan, adalah seorang Bangsawan dan orang terkaya, juga orang baik di Batavia pada zaman itu.
Lalu seperti apa kisah orang baik yang bernama Cornelis Chastelein itu? Berikut cukilan nya?
Cornelis Chastelein adalah pegawai VOC selama 20 tahun. Ia memulai karir di kongsi dagang itu sejak usia 20-an.
Karier nya diawali dengan menjadi seorang pengawas gudang. Namun, perlahan-lahan kariernya naik hingga menjadi saudagar utama dan anggota Dewan Kota Batavia.
Pria kelahiran tahun 1658 itu mendapat gaji bulanan sekitar 200-350 gulden. Angka tersebut cukup besar pada masanya. Tapi, dia menjadi salah satu orang yang cukup pintar mengelola keuangan.
Corlenis menyadari bahwa harta itu tidak mungkin dibawah pulang saat Sang Pencipta memanggilnya untuk berpulang di Sisi Bapa Nya di Surga. Sebagai manusia lemah, Cornelis juga sadar bahwa satu-satunya warisan yang akan ditinggalkan adalah “Nama Baik” selain harta karun atau harta duniawi.
Dikutip dalam buku Depok Tempo Doeloe (2011) dijelaskan, Cornelius pertama kali membeli sebidang seluas yang terletak di kawasan Weltevreden yang kini disebut Gambir. Lahan tersebut kemudian ditanami tebu.
Dikisahkan, dua tahun setelah nya, Cornelis Chastelein memutuskan pensiun dari VOC dan kemudian membeli lagi tanah di Serengseng yang kini disebut Lenteng Agung.
Cornelis menghabiskan masa pensiun dan menjalani kehidupan baru sebagai tuan tanah di kawasan Srengssng atau Lenteng Agung Depok.
Ia kemudian membangun rumah besar dan banyak membawa orang tak hanya keluarga.
“Ketika pindah ke Seringsing atau Srengseng, Cornelis Chastelein bukan hanya membawa keluarganya saja, melainkan juga budak-budaknya,” tulis Tri Wahyuning M. Irsyam dalam Berkembang dalam bayang-bayang Jakarta: Sejarah Depok 1950-1990-an (2017:41).
Adapun,jumlah budak yang dibawa mencapai 150 orang. Pada umumnya para budak itu diambil dari luar pulaun Jawa yang mayoritas beragama Kristen.
Cornelis Chastelein sebagaimana dikisahkan dalam buku sejarah tersebut, Ia sangat menghormati budak-budaknya.
Sebagai orang kristen yang taat, dia memahami persoalan hak asasi manusia, sehingga sangat menghargai,menyayangi mereka. Atas dasar ini pula, dia membebaskan semua budaknya.
Dikisahkan bahwa para bekas budak yang kemudian jadi anak buah lantas ditugaskan Cornelis Chastelein mengelola rumah besar di Serengseng. Tugas lainnya, mengurus perkebunan yang baru saja dibelinya di kawasan Mampang dan Depok.
Bersyukur bahwa seluruh lahan tersebut menghasilkan uang maupun tanaman pertanian seperti tebu, lada, pala dan kopi.
Cornelis Chastelein semakin kaya raya. Dia jadi salah satu orang terkaya di Batavia (kini Jakarta) sebelum akhirnya tutup usia pada 28 Juni 1714.
Setelah wafat, orang-orang tak ribut kemana perginya harta dan tanah miliknya.Karena tiga bulan sebelum wafat, tepat pada 13 Maret 1714, dia sudah menuliskan surat wasiat.
Bahwa dia ingin seluruh hartanya tak hanya dibagikan kepada keluarga, tapi juga dibagikan gratis kepada para mantan pekerja-pekerjanya yang dimerdekakan.
“Tujuannya supaya mereka bisa hidup secara mandiri dan sejahtera.”
Selain itu, dia juga ingin tanah tersebut berfungsi sebagai tempat penyebaran agama Kristen di Batavia. Para mantan budak itu lantas mengoptimalkan lahan untuk kepentingan masing-masing.
Salah satunya menjadi cikal bakal pembentukan Kota Depok modern dan melahirkan istilah ‘Belanda Depok’. ** DM/Dari Berbagai Sumber.