MSINEWS.COM-Polisi Brasil melakukan penggerebekan besar-besaran di kawasan favela dekat bandara internasional Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (28/10/2025).
Dilansir dari The Guardian, operasi secara besar-besaran oleh Polisi setempat menewaskan sedikitnya 64 orang tewas dalam kekerasan yang paling mematikan di Rio Brasil.
Diberitakan bahwa, lebih dari 2.500 petugas polisi dan pasukan khusus dikerahkan dalam operasi tersebut. Giat tersebut menyasar wilayah yang dikenal sebagai markas kelompok kejahatan terorganisir Red Command.
Baku tembak pun tak terhindarkan terjadi di sekitar favela Alemão dan Penha, dua kawasan padat penduduk yang dihuni oleh sekitar 300.000 orang.
Dalam peristiwa itu, anggota Red Command membakar mobil dan barikade untuk menghadang pasukan keamanan. Selain itu, kelompok tersebut juga dilaporkan menggunakan drone bersenjata untuk menjatuhkan bahan peledak ke arah tim khusus.
Sejak pagi hingga sore,Selasa (28/10/2025) dilaporkan sebanyak 64 korban tewas,termasuk 4 orang petugas poliisi.Foto-foto korban muda tersebar luas di media sosial, memperlihatkan dampak tragis dari operasi besar tersebut.
Sementara itu, Gubernur Rio de Janeiro, Cláudio Castro, mengatakan, bahwa kota tersebut sedang “berperang”. Peristiwa itu merupakan yang terbesar sejak tahun 2010.
Cláudio Castro menyebut bahwa aksi geng narkoba sebagai bentuk “terorisme narkoba” yang harus diberantas dengan kekuatan penuh. Selain 64 orang tewas, juga lebih dari 80 orang, polisi juga menyita 93 senjata otomatis.
Sekretaris Keamanan Rio, Victor Santos, menjelaskan bahwa operasi tersebut diberi nama “Operasi Penahanan”.
Victor Santos mengatakan operasi tersebut bertujuan menangkap anggota Red Command yang menguasai sebagian besar wilayah kota serta memperluas pengaruhnya ke wilayah lain. Namun, operasi itu menuai kritik dari aktivis setempat.
Salah seorang jurnalis juga aktivis asal Alemão, Rene Silva, menilai penggerebekan berdarah ini tidak menyelesaikan akar persoalan.
Rene Silva menegaskan bahwa kejahatan di Rio tidak berasal dari favela, melainkan dari kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
“Kami tidak punya ladang narkoba atau pabrik senjata di sini. Ini bukan perang melawan kejahatan, ini perang melawan kemiskinan,” katanya.
Aksi tersebut menuai kecaman keras dari politisi oposisi dan aktivis hak asasi manusia di wilayah setempat.
Sedangkan Anggota parlemen Lucia Marina dos Santos menyebutnya sebagai “pembantaian yang disponsori negara”.
Lucia menuduh pemerintah menjadikan favela sebagai zona perang dalam perang gagal melawan narkoba.
Polisi kini siaga penuh di seluruh kota karena kekhawatiran akan adanya serangan balasan dari geng narkoba.
Dari berbagai sumber/Editor ; tim redaksi/ds.

