Rab. Nov 19th, 2025

Rahani dan Rabani : Pohon Pengetahuan -Bagian kedua

Oleh ; Syamsul Noor

DEMIKIANLAH  pada hari ketujuh Tuhan telah menyelesaikan penciptaan langit dan bumi serta segala isinya. Pada hari ketujuh itu Tuhan berhenti Ia dari segala pekerjaan-Nya itu.

Selanjutnya Tuhan memberkati hari ketujuh itu dan mensucikannya. Demikianlah sekerat kisah manakala Tuhan mewujudkan bumi dan langit serta segala isinya.

Pada mulanya belum ada semak apa pun di bumi, belum ada tumbuh-tumbuhan apa pun di padang. Tuhan juga belum menurunkan hujan ke bumi, juga belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu.

Namun secara seketika ada kabut berarak naik ke cakrawala bumi. Lalu kabut itu sirna menjadi titik-titik air membasahi seluruh permukaan bumi itu.

Saat itulah Tuhan membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas — roh hidup — ke dalam hidungnya. Sedemikian itulah manusia menjadi makhluk bernapas, berjiwa, dan hidup.

Kemudian Tuhan merekonstruksi suatu taman di Eden; di sini Timur. Di sanalah Tuhan menempatkan manusia yang diciptakan-Nya itu.

Lalu Tuhan menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik, dan yang baik untuk dimakan buahnya; Di tengah-tengah taman itu tumbuh Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan tentang baik—buruk.

Dari Eden mengalir suatu sungai untuk membasahi taman itu. Hulu dari sungai itu terbagi menjadi empat cabang.

Cabang dan pertama, bernama Pison, yaitu Cabang Sungai yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat bebatuan chrsye (bercahaya keemasan) mengendap. Emas dari negeri itu baik, di sana ada damar bedolah dan ada batu chrysopras.

Cabang Sungai Kedua adalah Gihon, yaitu sungai yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. Cabang Sungai Ketiga adalah Tigris, yaitu sungai yang mengalir di sebelah timur Asyur. Cabang Sungai Keempat adalah Efrat.

Tuhan mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kemudian Tuhan memberi perintah kepada manusia, “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi Pohon Pengetahuan tentang yang baik—buruk, janganlah kau makan buahnya. Sebab, pada hari engkau memakannya, pastilah engkau akan binasa.”

Tuhan berfirman, “Tidak baik apabila manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang setara dengan dia.”

Selanjutnya Tuhan merekayasa dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Berdasarkan atas Kuasa-Nya dan Kehendak-Nya, Rabani (Insan Kamil) dipinjamkan seperangkat potensi, di antaranya sama’ (mendengar), bashar (melihat), dan kalam (berbicara). Seperti apa dia (Rabani) menamai sesuatu, seperti nama diberikan manusia kepada tiap-tiap makhluk hidup. Sedemikianlah kelak nama makhluk itu.

Rabani memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi bagi Rahani sendiri dia tidak menjumpai penolong sepadan dengan dia.

Lalu Tuhan menghendaki manusia tidur nyenyak. Manakala dia tidur, Tuhan mengambil salah satu ruas rusuknya. Kemudian Tuhan menutup tempat (satu ruas rusuk) itu dengan daging.

Dari ruas rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

Lantas berucaplah Rabani, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Dia akan kunamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.”

Oleh asbab-musabab itulah seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, lalu bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, Rabani dan isterinya Rahani, tetapi mereka tidak merasa risih.

Datanglah ular bintang paling cerdik dari segala binatang di darat. Ular itu berkata kepada Rahani, “Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”

Lalu jawab Rahani kepada ular, “Buah dari pepohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi terhadap buah pohon di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu binasa.”

Bantah ular itu berkata kepada Rahani “Sekali-kali kalian tidak akan binasa. Tuhan mengetahui, pada waktu kalian memakannya mata kalian akan terbuka. Kalian akan menjadi seperti Tuhan, tahu tentang baik dan buruk.”

RAHANI melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lantas dia mengambil dari buahnya dan dimakannya serta diberikannya juga kepada Rabani yang bersama-sama dengan dia. Rabani, suaminya pun memakannya.

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

By Media Sejahtera Indonesia

Laju Informasi Pengetahuan Masyarakat Indonesia yang Transpran, Adil dan Maju Guna Pembagunanan NKRI Lebih Baik

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *