Tanjung Raja, msinews.com -Hal menyejukkan terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Tanjung Raja, Ogan Ilir, Sumatra Selatan.
Tidak ubah dengan pondok pesantren, warga binaan secara rutin mengadakan kegiatan keagamaan. Istimewanya kegiatan tersebut telah menghasilkan penghafal (al-hafidz) Al-Quran sehingga menjadi panutan bagi warga binaan lain.
Pria berinisial RMS (48), warga binaan Lapas Tanjung Raja, mendapatkan hasil signifikan berkat mengikuti kegiatan keagamaan selama menjalani hukuman.
Pria asal Palembang tersebut telah hafal 2 (dua) juz Al Quran dan ia menargetkan hafalannya terus bertambah.
Ketika ditemui di Lapas Tanjung Raja, raut wajah RMS masih basah. Sebab, pagi itu ia baru saja usai menunaikan shalat Dhuha.
Didampingi Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP), RMS secara terbuka menuturkan sekelumit perjalanan dia hingga harus berada di Lapas.
“Sebenarnya sebelum saya berada di Lapas memang saya suka membaca Al-Quran,” kata RMS mengawali cerita, Jumat (08/11/2024).
Karena terlibat suatu perkara dan divonis hukuman enam tahun penjara, RMS menjalani kurungan di Lapas di Palembang pada 2021 lalu.
Kemudian pada Februari 2024, RMS dipindahkan ke Lapas Kelas IIA Tanjung Raja.
RMS mendapatkan hasil signifikan setelah mendapatkan pembinaan dan mengikuti kegiatan keagamaan selama menjalani hukuman.
Selama berada di Tanjung Raja, RMS mendapatkan puncak kenikmatan menghafal Al Quran.
“Begitu di Lapas Tanjung Raja, saya menemukan ketenangan. Suasana, lingkungan di sini bikin hati terasa damai dan sangat mendukung untuk menghafal Al-Quran,” ungkap pria yang sebelumnya bekerja sebagai wirausaha.
Saat menjalani hukuman, RMS mengaku terus terpacu untuk memperdalam ilmu agama, termasuk menghafal Al-Quran.
Bapak dua anak ini mengaku ingin memantapkan hati dan membulatkan tekad, menjadikan ilmu agama sebagai panduan hidup sehingga tak lagi terjerumus ke lubang yang sama.
Untuk menghafal Al-Quran, RMS melakukannya sendiri di kamar tahanan dan menyetor hafalannya kepada pengasuh kegiatan keagamaan.
Menurut RMS, menjaga hafalan adalah hal tak mudah sehingga perlu senantiasa dilafalkan.
“Menghafal itu mudah. Menjaga hafalan yang sulit,” tutur Saddaq.
Untuk menjaga hafalan Al-Quran, RMS senantiasa mengikuti kegiatan “murojaah” yang biasa diadakan di Masjid At Taubah di lingkungan Lapas Kelas IIA Tanjung Raja.
Selain itu, surat Al-Quran yang sudah di dalam kepala dilafalkan setiap shalat fardhu agar tak melayang dari ingatan.
RMS memiliki tekad untuk terus menambah hafalan Al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik saat keluar dari Lapas. Selain ingin memperbaiki diri, juga ingin berguna bagi orang lain dan terus memperdalam ilmu agama,” tutur pria murah senyum ini.
Terpisah, Kalapas Kelas IIA Tanjung Raja Badarudin mengatakan, kegiatan keagamaan merupakan salah satu program pemasyarakatan terhadap warga binaan.
“Kegiatan keagamaan, olahraga, dan kegiatan-kegiatan lain sudah terjadual sedemikian rupa. Tujuannya untuk membangun fisik, mental, dan spiritual para warga binaan Lapas Tanjung Raja,” jelas Badarudin. (SN/DR/Biro SumselBabel).