Jakarta, InfomsiNews–Pengerjaan proyek pembangunan LRT Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (LRT Jabodebek) rupanya menyisakan sejumlah masalah. Waktu penyelesaian molor hingga biaya investasinya yang membengkak cukup besar akibat beberapa kesalahan teknis.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo membeberkan ada beberapa kesalahan teknis yang mungkin tidak perlu terjadi apabila perencanaan dilakukan dengan matang dan terkoordinir antar-pihak. Pasalnya perbedaan spesifikasi pada masing-masing rangkaian kereta ringan berjumlah 31 unit trainset yang dibuat PT INKA (Persero).
Kartika mengungkapkan akibat perbedaan spesifikasi pada trainset membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki, sehingga dampak pada biaya dikeluarkan menjadi lebih tinggi.
Siemens, kontraktor menggarap software development mengaku ikut terkena getahnya karena ongkos pengembangan perangkat lunak LRT membengkak. Perusahaan asal Jerman ini pun sampai melayangkan protes terkait masalah spesifikasi kereta LRT buatan Madiun ke Kementerian BUMN.
“Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. ‘Pak ini software-nya naik cost-nya’ ‘Kenapa?’ ‘SpekĀ (spesifikasi) kereta INKA-nya ini, baik dimensi, berat, maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain’,” ungkap Tiko menirukan percakapannya dengan pihak Siemens dikutip Kompas pada Kamis, (3/8/2023).
Lebih lanjut Tiko mengatakan akibat spesifikasi yang berbeda-beda dan sulit diintegrasikan dengan software milik Siemens, membuat kereta LRT kala itu tidak bisa berhenti tepat di peron stasiun.
Tiko menyebut seharusnya setiap rangkaian kereta yang tanpa masinis itu harus berhenti sejajar antara gate di stasiun dan pintu kereta. Menurutnya karena perangkat lunak LRT Jabodebek perlu disesuaikan kembali agar memiliki toleransi yang mampu membuat masing-masing rangkaian kereta berbeda spesifikasi itu bisa berhenti pada posisi yang sama.
“Jadi 31 kereta itu beda spek semua. Jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar, supaya bisa men-capture berbagai macam dari spek itu,” jelasnya.
Tiko mengucapkan bahwa koordinasi amburadul bisa menjadi kesalahan kordinasi antara pihak yang menggarap proyek. Ia menganggap hal tersebut menjadi tantangan yang harus diperbaiki ke depannya
“Karena prasarananya waktu dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya. Di Indonesia banyak terjadi begini. Tapi ya itulah, bagian dari belajar, ini harus kita beresin satu-satu,” kata Tiko
Sementara untuk perancang software development kata Tiko digarap oleh Siemens, dan infrastruktur persinyalan dikerjakan oleh PT Len Industri (Persero). Ia menganggap tidak ada integrator atau penghubung antar-keempat pihak tersebut.
“Karena prasarananya waktu dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya. Di Indonesia banyak terjadi begini. Tapi ya itulah, bagian dari belajar, ini harus kita beresin satu-satu,” kata Tiko.
Namun dari banyaknya komponen yang terlibat dalam proyek, sambung Tiko, tidak ada integrator atau penghubung antar-keempat pihak tersebut. Alhasil, setiap komponen bekerja masing-masing tanpa sistem integrator.
“Di semua proyek besar itu ada sistem integrator, tapi ini enggak ada. Jadi semua komponen proyek itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah,” ucap dia.
Penjelasan INKA Senior Manager Humas dan Perwakilan PT INKA Agung Dwi Cahyono menegaskan, pihaknya telah membuat kereta LRT Jabodebek sesuai dengan spesifikasi teknis dari operator LRT Jabodebek yakni PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
“INKA selaku produsen LRT Jabodebek adalah produk yang kami serahkan ke PT KAI telah sesuai dengan spesifikasi teknis yang diterbitkan oleh PT KAI,” ujar Agung
Namun dia enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai spesifikasi sistem LRT Jabodebek yang dikomplain oleh Siemens.
Sekedar diketahui pengerjaan fisik dan prasarana LRT Jabodebek melibatkan empat kontraktor 3 diantaranya dari BUMN dan 1 perusahaan asing. Keempat perusahaan antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor pembangunan lintasan rel, stasiun, serta sarana pendukungnya, lalu PT INKA (Persero) sebagai produsen trainset kereta ringan.
Pengerjaan fisik dan prasarana LRT Jabodebek melibatkan empat kontraktor utama yang terdiri dari 3 BUMN dan 1 perusahaan asing. Keempat perusahaan tersebut antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor pembangunan lintasan rel, stasiun, serta sarana pendukungnya, lalu PT INKA (Persero) sebagai produsen trainset kereta ringan. Sementara untuk perancang software development digarap oleh Siemens. Terakhir untuk infrastruktur persinyalan dikerjakan oleh PT Len Industri (Persero). (**)