Ruteng,Flores,msinews.com-Minimnya pelatih profesional berlisensi dan rendahnya animo sepak bola merupakan salah satu penghambat kemajuan bidang sepak bola di provinsi kepulauan Nusa Tenggara Timur menuju ke level Nasional. Setidaknya itulah yang disoroti PSSI terkait perkembangan dunia olahraga sepak bola di NTT.
Demikian disampaikan oleh Educator Departemen Pelatihan PSSI, Coach Heriyansyah, di sela kegiatan kursus pelatih atau Coaching Course yang diselenggarakan oleh ASKAB PSSI Manggarai Timur di Stadion Golo Dukal, Rabu, 7 Mei 2025.
“Dari segi jumlah pelatih, NTT ini menurut saya jauh tertinggal. Kalau jumlah pelatihnya sudah banyak baru kita bicarakan mengenai kualitas. Untuk sepak bola NTT, banyak hal yang harus dibenahi. Ini baru satu sisi di kepelatihan,” kata Coach Heriyansyah.
Mantan pemain PSSI Pre Olympic Barcelona 92 U-23 itu, bahwa kurangnya jumlah pelatih profesional berlisensi merupakan masalah serius yang perlu dibenahi jika ingin sepak bola NTT terus maju. Sebab kalau tidak, maka NTT semakin jauh tertinggal dari level sepak bola Nasional.
“Sebenarnya masih banyak hal yang harus dibenahi di sepak bola NTT. Kalau pelatih tidak banyak, lalu tidak banyak kursus pada level D License ini maka susah untuk nantinya punya pelatih yang bisa banyak berbuat banyak untuk NTT. Menurut saya itu hal yang paling penting,” jelas Heriyansyah.
“Saya lihat tidak banyak pelatih berlisensi di NTT yang bisa pegang tim. Karena syarat dari PSSI, untuk keluar atau maju ke level nasional itu syaratnya B License,” ungkapnya.
Ia menambahkan, ada satu orang pelatih dari NTT berlisensi A, tetapi masalahnya animo sepak bola NTT tidak bergairah,
“Jadi pelatih-pelatih yang bagus kadang keluar. Membawa klub atau tim lain. Jadi untuk membangun NTT sendiri kurang. Pelatih profesional perbanyak dulu,” ungkapnya.
“Selain beberapa masalah yang saya sebutkan, NTT juga saya lihat tidak ada kompetisi. Tidak memiliki sekolah-sekolah sepak bola. Jadi ASPROV dan ASKAB perlu bekerjasama untuk menimbulkan animo sepak bola dengan mengadakan kompetisi,” sambungnya.
Runner Up U21-2012 tersebut berharap calon pelatih profesional yang mengikuti kursus pelatih lisensi D bersama PSSI MATIM di Stadion Golo Dukal bisa mendirikan klub bola dan membuka Sekolah Sepak Bola (SSB) dalam rangka menumbuhkan gairah sepak bola di NTT.
“Dengan adanya D License ini para pelatih ini mau ngapain setelah ini Kalau nggak ada kompetisi. Susah mengaplikasikan ilmunya. Saya berharap, setelah mengikuti kursus pelatih ini mereka juga bisa punya klub bola. Mendirikan SSB dan menggelar kompetisi. Dengan begitu sepak bola NTT bergairah,” ungkapnya.
Masih kata dia, bahwa pedoman pengembangan sepak bola harus berdasarkan semangat sepak bola Indonesia, dengan membina potensi pemain muda sejak masa fun face yaitu usia 6 – 9 tahun.
“D License khusus untuk melatih pelatih usia 6 – 9 tahun, walaupun di situ sudah diberikan materi kepelatihan untuk usia 10 – 13 tahun. Sebenarnya pertama itu masa fun face,” jelasnya.
Sementara Lisensi D kata dia, merupakan tahap awal, langkah positif menuju sepak bola NTT yang lebih baik.
“Masa kegembiraan di usia 6 – 9 tahun. Nanti di C License itu dibahas lagi usia 10 – 13 tahun itu untuk pengembang skills. Jadi menurut saya ini baru awal. Baru tahap awal ini,”bebernya.
“Sedangkan kalau bicara level sepak bola nasional seperti LIGA1, lanjut Heryansyah, itu levelnya lebih kompleks.Bukan hanya SDM tapi juga masalah keuangan atau finansial,” imbuhnya dilansir dari diantimur.
“LIGA1 level klub profesional. Tidak sedikit mengeluarkan dana setahun. Jadi paling penting untuk NTT adalah membina skill pelatih,” tutupnya. (*)