Jakarta, Karomah Almarhum KH, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memang perlu disimak bagi umat Islam yang meyakini bahwa dia keturunan seorang wali.
KH, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur salah satu sosok ulama yang luar biasa Dimata umat Islam di RI.
KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah sudah mempertanyakan apa benar bahwa Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid_red) itu seorang wali?
Baca Juga : DPR Desak Kominfo Kerjasama Luar Negeri Berantas Judi Online
Kalimat itu datang ketika Gus Sholah mendapatkan beberapa fakta usai wafatnya Gus Dur tahun 2009 lalu.
“Ketika Gus Dur wafat, Gus Sholah menjadi salah satu bagian dari keluarga yang paling sibuk. Hal ini dikarenakan saat itu Gus Dur akan dimakamkan di Pesantren Tebuireng. Sementara Gus Sholah sebagai pengasuhnya. Selain itu, Gus Dur adalah kakak kandung dari Gus Sholah,” tulis Syarif, dikutip dari laman liputan6, Selasa, (5/9/2023).
Dilangsir dari Halaman liputan6, ada banyak bukti yang menunjukkan Presiden ke-4 RI ini adalah seorang wali.
Karomah Almarhum KH, Gus Dur memang perlu disimak bagi umat Islam yang meyakini bahwa dia keturunan seorang wali.
Pertama dilihat dari kecerdasan almarhum. Kedua, cara pandangan almarhum yang melampaui zamannya.
Beberapa fakta lain yang ditemukan ternyata sungguh memukau, bahkan, karomah Gus Dur makin nampak usai Gus Dur sudah tiada.
Berikut kisahnya, sebagaimana ditulis oleh Syarif Abdurrahman, Kontributor NU Online di Jombang.
Dalam buku Memadukan Keislaman dan Keindonesiaan, Esai-Esai Kebangsaan halaman 33 dituliskan alasan Gus Sholah bertanya apakah betul Gus Dur seorang wali. Alasan utamanya karena ia melihat begitu antusiasme para peziarah berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir Gus Dur.
Menurut Gus Sholah, wali itu mengandung dua aspek, yaitu keagamaan dan sosial. Secara sosial, tidak bisa dibantah bahwa Gus Dur sudah dianggap sebagai seorang wali.
Indikasinya bisa dilihat dari adanya peziarah yang mengambil tanah makam Gus Dur untuk tujuan mendapatkan barakah. Hal ini menunjukkan adanya anggapan bahwa Gus Dur sebagai seorang wali.
Upacara kenegaraan saat Gus Dur dikebumikan di pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng dipadati sekitar 50 ribu orang. Para peziarah terus datang setiap harinya, diperkirakan ada 7-8 ribu peziarah yang berkunjung.
Pada tahlilan malam ketujuh wafatnya Gus Dur, jumlah tamu mencapai 30 ribu orang. Keluarga besar Pesantren Tebuireng tidak menduga dan mengira sebelumnya bahwa para pencinta Gus Dur bisa datang sebanyak itu ke Tebuireng
Tebuireng penuh peziarah dan belum mungkin mengadakan kegiatan belajar.
Sebagai pengasuh, Gus Sholah juga menerima tamu tanpa henti dari berbagai daerah. Bahkan, Gus Sholah sampai kelelahan menerima tamu yang tidak berhenti berdatangan.
Gus Sholah sempat bertanya ke tamu yang berasal dari Banyumas dan Kalimantan, jawabannya peziarah rela datang jauh-jauh karena mereka mencintai, menghormati dan merasa kehilangan sosok Gus Dur.
Alasan kedua kenapa seseorang bisa dikatakan wali dilihat dari aspek keagamaan. Dalam aspek ini, Gus Sholah mengatakan manusia tidak mungkin mengetahui sejauh mana Gus Dur dapat disebut sebagai wali. Itu adalah rahasia Allah swt.
Namun, kesimpulan dari Gus Sholah melihat penghormatan yang ia saksikan secara langsung setelah Gus Dur wafat menunjukkan bahwa Gus Dur adalah pemimpin yang hidup di hati rakyat.
Kini, Gus Dur dan Gus Sholah sudah wafat. Keduanya dimakamkan di area pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng. Al-Fatihah. (ror)