Jakarta,msinews.com-Badan Pusat Statistik (BPS) merilisbhasil Sensus Pertanian 2023 menunjukkan bahwa petani muda (Generasi Z atau milenial) mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Sebagai inform as I bahwa AK (Angka Kerja) usia 25 keatas per Frebuari Hi ng ga Augustus 2023 tercatat ada 17.213.504 orang. dan Augustus berjumlah 17.288.987 orang.
Dalam rilisanya BPS mencatat petani muda berusia 25-34 tahun turun dari 11,97% pada 2013 menjadi 10,24% pada 2023. Artinya minat orang muda dibidang pertanian di republic ini sangat sedikit.
“Petani muda berusia 35 sampai 40 tahun juga mengalami penurunan dari 26,3% menjadi 22%. Terdapat kecenderungan bahwa dalam 10 tahun terakhir, petani muda semakin menjauh dari sektor pertanian,” kata Pengamat Pertanian Khudori dikutip RRI Pro 2 pertengahan January 2024.
Dijelaskan, di satu sisi, terjadi peningkatan jumlah petani berusia 55-64 tahun dari 20% pada 2013 menjadi 23,3% tahun lalu. Begitu pula, petani berusia 65 tahun juga mengalami peningkatan signifikan, dari 12,7% pada 2013 menjadi 16,5% tahun lalu.
Diungkapkan bahwa kecenderungan tersebut mencetminkan dinamika demografis,jumlah petani berusia 55-64 tahun naik dari 20% di 2013 menjadi 23,3% di tahun lalu.
Demikian juga dengan mereka yang berusia 65 tahun, mengalami peningkatan signifikan dari 12,7% pada 2013 menjadi 16,5% tahun lalu.
Menurut Khudori, untuk mengetahui penyebab penurunan jumlah petani muda dalam 10 tahun terakhir, pemerintah disarankan melakukan survei lanjutan. Dimana lebih fokus dan terperinci berdasarkan hasil sensus pertanian tersebut.
Adapun, data dari survei tersebut dapat menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan yang didukung oleh bukti konkret.
“Terus terang, saya tidak dapat memberikan jawaban yang pasti atau definitif,” Katanya.
“Jika pemerintah ingin mengetahui alasan atau penyebab masalah sehingga generasi muda enggan masuk ke sektor pertanian. Mestinya berdasarkan hasil sensus pertanian ini, pemerintah dapat melakukan survei lanjutan yang lebih fokus dan terperinci untuk menjawab penyebabnya,” bebernya.
Hudori menyebut hasilnya bisa digunakan sebagai dasar untuk membuat kebijakan berbasis data dan bukti. Contohnya kebijakan yang telah diimplementasikan di Korea Selatan.
“Di negara tersebut, terdapat kepastian bagi petani muda yang masuk ke sektor pertanian, seperti jaminan lahan dan modal kerja. Selain itu, adanya wajib militer bagi semua warganya yang terlibat dalam sektor pertanian memberikan dimensi tambahan.
Indonesia (Mungkin) bisa menerapkan insentif serupa mungkin bisa dipertimbangkan. Untuk mendorong partisipasi generasi muda dalam pertanian.
“Barangkali kita dapat melihat beberapa kebijakan yang ada di Korea Selatan. Di sana, petani muda yang masuk ke sektor pertanian memiliki kepastian jaminan untuk mendapatkan lahan, modal kerja, dan wajib militer,” kata Hudori.
Sehingga, bagi semua warganya yang masuk ke sektor pertanian dapat insentif.
“Dan insentif-insentif serupa bisa dipertimbangkan untuk diterapkan di Indonesia,” imbuhnya, mengakhiri perbincangan Dengan Pro 2 RRI.
* Editor : Dommy.