Jakarta, MSINews.com – Sebanyak 256 warga Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, harus menghadapi musibah banjir lahar dingin yang melanda daerah mereka. Ketua Kelompok Siaga Bencana (KSB) Bukit Batabuah, Kabupaten Agam, Edi Effendi, mengungkapkan bahwa dari jumlah tersebut, 78 kepala keluarga atau sekitar 68 orang terpaksa diungsikan.
Menurut Edi Effendi, meskipun tidak ada laporan korban jiwa, namun beberapa infrastruktur dan fasilitas publik mengalami kerusakan yang cukup serius.
Banjir lahar dingin ini menyebabkan beberapa rumah warga rusak parah dan terhanyut oleh arus banjir yang deras. Selain itu, lahan pertanian juga ikut menjadi korban akibat bencana ini.
Baca juga : Gunung Semeru Erupsi: Tinggi Abu Vulkanik 500 Meter di Atas Puncak
“Dari kejadian ini, tiga rumah hanyut, 38 unit usaha warga rusak, tiga ekor sapi hilang, dan dua kolam ikan mengalami kerusakan parah. Kami juga masih melakukan pendataan terkait kerugian pada lahan pertanian,” ujar Edi.
Kerusakan ini juga berdampak pada akses transportasi masyarakat karena beberapa jalan utama terputus akibat rusaknya jembatan.
Kepala Desa Bukit Batabuah, Firdaus, menyatakan bahwa salah satu penyebab utama banjir adalah karena aliran air yang tertutup di jembatan pada jalan alternatif Bukittinggi-Payakumbuh.
“Jembatan tersebut memiliki struktur bangunan yang hanya dilengkapi dengan dua penyangga, sehingga aliran air tertutup oleh material dari puncak seperti pohon dan sampah,” jelas Firdaus.
Lebih lanjut, Firdaus mengungkapkan bahwa delapan warga harus dievakuasi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Namun, situasi mereka masih dalam peninjauan dan total kerugian dari bencana ini belum dapat dipastikan dengan pasti.
Baca juga : KPK Eksekusi 10 Terpidana Korupsi Tukin di Lapas Sukamiskin
Untuk penanganan darurat, Tim Gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI), Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI-Polri, Pemuda Pancasila, Kelompok Siaga Bencana (KSB), serta instansi terkait Pemerintah Daerah Kabupaten Agam telah mendirikan posko pengungsian sementara. Salah satu posko tersebut berlokasi di sekolah dasar setempat.
Banjir lahar dingin merupakan ancaman serius bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung berapi. Untuk itu, koordinasi antarinstansi dan kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi potensi bencana alam seperti ini. (Rsc)