Sel. Agu 19th, 2025

Oleh : Wayan Supadno

SUNGGUH,  kita patut bersyukur hari ini Kemerdekaan Indonesia sudah genap ke – 80 tahun. Bukan waktu singkat. Kalau manusia normal umumnya sudah matang, bukan lagi kekanak-kanakan, itu harusnya yang terjadi.

Tapi fakta dalam kehidupan masih banyak perilaku seperti anak kecil belum dewasa , “masih kekanak-kanakan”. Indikasinya pada ilmu hikmah kisah di bawah ini. Terasa menyayat hati. Di kelopak mata setiap hari.

Bukan cuma setiap hari mata kita yang menonton perilaku “super jahat” korupsi di mana-mana, multi segmen dan multi kelompok. Dunia menilai korupsi di Indonesia peringkat 99 dari 180 negara.

Pemimpin formal dan tokoh agama, yang harusnya terdepan dalam keteladanan memberantas korupsi. Kadang justru sebaliknya. Ilmu kepemimpinan dan keagamaan cuma jadi pengetahuan balaka. Non praktik nyata.

Saya bisa memahami, sungguh betapa sangat sulitnya memberantas korupsi. Karena banyak kepentingan. Sudah sistematis saling terkait dan terikat satu dengan lainnya. Bisa jadi kaitan massa banyak.

Bisa dibayangkan, jika yang terlibat korupsi punya massa jutaan orang dan dananya triliunan. Lalu kenyamanan selama ini diusik. Tidak mungkin diam. Berbagai macam cara melawannya secara terbuka atau tertutup.

Apalagi mereka para pelaku korupsi bagai domba berbulu musang. Kemasan saja yang dinampakkan seolah anti korupsi, bahkan agar terkesan paling suci. Mengemas diri dengan narasi bahasa ayat suci, pakaian suci dan lainnya.

Sudah bebal, seperti batu. Tiada punya hati nurani. Seolah tiada kan mati. Seolah putra-putrinya tidak bisa mencari rejeki sendiri. Hingga mau ambil resiko berbuat korupsi, agar bisa mewarisi harta buat penerusnya.

Sungguh sangat ironis, dunia memberi predikat Indonesia negara religius tapi juga mendapat predikat negara koruptif. Mungkin jika Bung Karno dan Bung Hatta tahu, akan meneteskan air matanya. Merasa disia-siakan perjuangan.

Yang pasti, minimal 58% penduduk Indonesia telah memilih Presiden Prabowo dan Wapres Gibran. Mereka termasuk saya, mau memilih karena ” percaya” janjinya akan ditepati. Berani melawan koruptor. Tinggal dibuktikan.

Umur kita tiada yang tahu, jangan sampai kesempatan emas ini tersia-siakan belaka. Tuhan telah memberikan lebih dari apa yang dipinta, tinggal bisa atau tidak menjabarkan rasa syukur dan amanah Nya.

Kami rakyat jelata jutaan manusia menagih janji. Jangan bisanya cuma janji. Buktikan. Titik ! Dampak korupsi sangat banyak. Pudarnya kepercayaan, pemecah bangsa, cipta pengangguran, kemiskinan massal, stunting dan lainnya.

Tulisan ini suara hati, suara batin dan derita kami. Jika diteruskan dengan berbagai contoh testimoni akan sangat banyak. Toh semua sudah tahu. Saatnya, jiwa patriot dan kesatria dinampakkan dalam praktik nyata. Bukan orasi semarta.

Tokoh masyarakat juga sedang kami nantikan sikap suri tauladannya. Kami bosan narasi nuansa kemasan agamis tapi ingkar praktik. Solusinya sederhana awali dari sekarang juga, dari sekecil mungkin dan dari diri sendiri.**

*) Penulis adalah  seorang mantan Mayor TNI yang beralih profesi menjadi petani sukses dan pengusaha. 

By Media Sejahtera Indonesia

Laju Informasi Pengetahuan Masyarakat Indonesia yang Transpran, Adil dan Maju Guna Pembagunanan NKRI Lebih Baik

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *