Menggambar Penting Bagi Kehidupan

oleh
banner 468x60

Oleh A. Erwan Suryanegara 

“Naik-naik ke puncak gunung, Tinggi, tinggi sekali, Naik-naik ke puncak gunung, Tinggi, tinggi sekali.”

banner 336x280

SENGAJA dalam mengawali tulisan ini dikutif selarik syair lagu anak-anak NAIK KE PUNCAK GUNUNG, sekedar mengingatkan akan dunia kanak-kanak yang polos, jujur, tanpa beban, dunia bermain, dunia belajar dari waktu ke waktu. Masa kanak-kanak itulah kemampuan motorik dan kemampuan berpikir-imajinatif, mengawali pembelajaran untuk berkembang yang seharusnya secara maksimal, sehingga dapat memungkinkan seperti makna dari lirik lagu di atas untuk tempat tinggi sebagai tanda alam…Naik ke Puncak Gunung, Tinggi Sekali.

Belajar adalah proses menimba pengalaman-pengalaman hidup, semakin banyak pengalaman hidup semakin banyak pengetahuan yang didapat. Proses adalah suatu yang sangat penting, harus dilakukan dan dilalui ketika menimba pengetahuan dalam belajar.

Menggambar adalah satu proses yang umumnya disukai oleh anak-anak, tidak hanya menyenangkan karena mereka menggambar sambil bermain, Si kecil jua mengeksplor imajinasi dan kreativitasnya melalui gambar.

Fenomena memang, ketika masa kanak-kanak ada kecenderungan di kalangan para orang tuanya, seakan mendapatkan masalah karena aktifitas anaknya yang senang sekali “menggores”, tidak sedikit anak-anak menggambar dengan menggoresi dinding rumahnya. Perlu diingat Affandi mengatakan: “Seniman itu harus jujur, anak-anak adalah seniman yang paling jujur”, karena itu pula Pak Tino Sidin yang pernah mengasuh Gemar Menggambar di TVRI, selalu dan selalu mengatakan “Bagus”kepada setiap gambar anak-anak yang dikirim kepadanya.

Kita ketahui para psikolog sudah mengakui bahwa proses menggambar merupakan satu metode pilihan mereka dalam melakukan terapi psikis, kepada anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan mental. Seorang peneliti serta psikolog dari Institute for Psychology University of Leipzig, Jerman, Prof. Dr. Evelin Witruk, melakukan terapi seni terhadap anakanak korban tsunami Aceh, dengan memakai terapi menggambar buat memulihkan kondisi psikisnya.

Jadi jelas bahwa, sesungguhnya proses menggambar itu sudah dimulai dan sangat penting dalam kehidupan manusia, sejak prasekolah atau sejak usia dini di masa kanakkanak. Anak-anak bermain sambil menggores itu sesungguhnya bukan sekedar mengoresgores, sejatinya anak-anak sedang melatih keselarasan motorik dengan imaji yang sedang mereka pikirkan, sehingga proses mereka menggores itu sesungguhnya sedang melatih dan mengembangkan pola berpikir, sebaiknya jangan sampai ada hambatan.

Anak menggambar di atas media gambar.

Lebih luas bila kita membaca perkembangan peradaban maupun kebudayaan manusia di dunia, banyak informasi tinggalan masa lalu terkait manusia telah melakukan aktifitas menggambar, bahkan sejak prasejarah atau masa nirleka, di masa manusia belum mengenal aksara (huruf) atau tulisan. Sebelum bahasa lisan ditemukan, manusia purba berkomunikasi dengan apa? Melansir Britannica, manusia purba mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan gerak tubuh dan isyarat (dari asap, api, suara benda yang dipukul, serta siulan).

“Orang-orang yang membuatnya sepenuhnya modern. Mereka sama seperti kita. Mereka memiliki semua kapasitas dan alat untuk melukis apa pun yang mereka suka,” ungkap Maxime Aubert, salah seorang penulis yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.Bagaimana cara peneliti mengetahui usia lukisan tersebut? Maxime mengidentifikasi deposit kalsit yang terbentuk di atas lukisan itu.

Lalu, memakai penanggalan isotop seri Uranium untuk menentukan usia deposit tersebut, dikutip BBC. Siapa sangka, ternyata lukisan gua tertua di dunia berada di Indonesia? Tepatnya, di gua Leang Tedongnge di kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

Diyakini, lukisan ini dibuat 45.500 tahun yang lalu. Menurut para arkeolog, babi kutil Sulawesi (Sus celebensis) dilukis dengan pigmen oker merah tua. Oker sendiri adalah pewarna merah alami yang berasal dari tanah liat. Lukisan berukuran 136 x 54 cm ini menggambarkan seekor babi dengan kutil di wajah yang mirip tanduk. Ini adalah ciri khas babi dewasa berjenis kelamin jantan. Terdapat dua cetakan tangan di atas punggung babi.

Selanjutnya adalah Altamira, yaitu gua paleolitik yang berlokasi di Santillana del Mar,wilayah Cantabria, Spanyol bagian utara. Gua yang panjangnya 270 meter ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1985, dilansir World History. Di dalamnya, terdapat gambar bison, kuda, dan cetakan tangan dari arang dan oker. Karena lukisannya sangat indah dan berkualitas, keasliannya diragukan. Mereka sangsi manusia purba bisa melukis seartistik itu.

Baru di tahun 1902 lukisan ini diakui keasliannya. Gua Altamira dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pintu masuk (entrance), ruang besar atau ruang polikrom, dan galeri. Para arkeolog menduga manusia purba dulu tinggal di area pintu masuk karena terdapat abu perapian, pisau, kapak, pecahan batu, dan sisa-sisa tulang binatang. Sedangkan, ruang polikrom letaknya di bagian dalam gua dan tidak ada cahaya alami yang bisa masuk. Mengutip Oldest, lukisan di gua Altamira dibuat pada 35.600 tahun yang lalu.

Beralih ke Taman Nasional (TN) Serra da Capivara di timur laut Brasil, ada lebih dari 30.000 lukisan dalam 4 styleberbeda. Diperkirakan, lukisan dengan warna merah, kuning, putih, dan abu-abu ini diciptakan oleh orang-orang Clovis pada 23.000 tahun SM. Subjek lukisan di TN Serra da Capivara rata-rata mengenai perburuan, ritual, hewan, dan pohon.

Berdasarkan penelitian, wilayah ini dulunya ditinggali oleh pemburu, pengumpul, lalu diikuti dengan masyarakat petani dan pembuat keramik, dilansir Brazil Nature Tours. FYI, TN Serra da Capivara didirikan pada tahun 1979 dengan area seluas 129.140 hektar. Secara geografis, wilayah ini terdiri dari dataran, lembah, dan pegunungan. Ada beberapa air terjun, yang paling terkenal ialah Casca D’anta.

Kemudian, ada gua Lascaux yang dijuluki sebagai “kapel Sistina prasejarah”. Peneliti memperkirakan lukisan di gua Lascaux berusia lebih dari 17.000 tahun. Lukisan ini letaknya jauh dari pintu masuk dan hanya bisa dilihat dengan bantuan penerangan dari lilin.

Mengutip Oldest, lukisan yang paling terkenal di sini adalah ‘Great Hall of the Bulls’ yang menampilkan hewan-hewan seperti rusa, kuda, dan banteng. Bahkan, salah satu lukisan banteng panjangnya 17 kaki atau 5,2 meter! Sementara, melansir Bradshaw Foundation, terdapat hampir 2.000 lukisan yang dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu hewan, manusia,dan tanda abstrak. Dari banyak hewan, kuda mendominasi dari segi jumlah. Gambargambar ini dilukis menggunakan pigmen mineral dan diukir dengan batu.

Di Benua Asia, tepatnya di India bagian tengah, terdapat gua bernama Bhimbetka. Di dalamnya ada lukisan gua prasejarah yang kebanyakan dieksekusi dengan warna putih, merah, dan sesekali kuning atau hijau. Gua Bhimbetka ditemukan oleh seorang arkeolog, yaitu Dr. Vishnu Wakankar. Subjek lukisan didominasi oleh hewan-hewan seperti gajah,buaya, harimau, babi hutan, banteng, kijang, badak, monyet, merak, kadal, dan lain-lain.

Diperkirakan, usia lukisan tertuanya sekitar 12.000 tahun. Selain hewan-hewan, juga menggambarkan perburuan, penyamaran, tarian, seseorang sedang menunggang kuda dan gajah, perkelahian dengan hewan, dekorasi tubuh, dan topeng. Lukisan ini tidak hilang karena tertutupi oleh hutan dan vegetasi yang lebat.

Benua Asia, Eropa, dan Amerika sudah, kini saatnya mampir ke Benua Afrika! Di barat laut Somalia terdapat shelterbebatuan dan komplek gua bernama Laas Geel. Lukisan gua prasejarah di sini diperkirakan berusia 11.000 hingga 5.000 tahun.

Adapun, tema lukisannya beragam, mulai dari manusia, anjing peliharaan, jerapah, hewan ternak yang menggunakan jubah dekoratif, sapi yang lehernya dihias dengan plastron (hiasan dengan bahan warnawarni dengan renda atau bordir), dan sebagainya. Meski ribuan tahun berlalu, lukisan terpelihara dengan baik dengan warna yang kuat dan garis yang jelas. Apa rahasianya? Lukisan-lukisan kuno ini tertutupi oleh granit, dilansir Oldest.

Gua Magura merupakan salah satu gua terbesar di bagian barat laut Bulgaria. Konon, lukisan di dinding guanya berasal dari 8.000-6.000 SM hingga 3.000-1.200 SM. Uniknya, lebih dari 700 lukisan dibuat dari kotoran kelelawar! Usia gua Magura sendiri kira-kira 15 juta tahun.

Subjek lukisan umumnya seputar binatang, siluet perempuan, lelaki yang berburu dan menari, tanaman, peralatan, dan orang yang memakai topeng. Tak hanya berasal dari satu zaman, lukisan ini diperkirakan dibuat dari zaman Paleolitik, Neolitik, Zaman Tembaga,hingga Zaman Perunggu Awal. Mengutip Archaeology in Bulgaria, panjang gabungan koridor gua ini sekitar 2,5 kilometer dengan suhu permanen 12 derajat Celsius.

Berdasar artikel di atas, kita mengenal sebutan lukisan prasejarah, karena artikel itu ditulis oleh bangsa Eropa (Barat) tempat lahirnya konsep Estetika, di Barat painting = lukisan, paint = cat, di Eropa juga mengenal drawing = menggambar yang lebih dekat dengan goresan garis, di Indonesia lebih akrab dengan sebutan gambar atau menggambar.

Jadi ketika kita membicarakan peninggalan masa lalu di gua Leang Tedongnge itu, di kawasan karst MarosPangkep, Sulawesi Selatan, maka kita menyebutnya gambar babi kutil, Maros – Sulawesi Selatan. Untuk di Indonesia berdasarkan hasil penelitian para peneliti Indonesia sendiri,sesungguhnya banyak lagi ditemukan gambar-bambar cadas/dinding batu karang atau gambar-gambar pada dinding-dinding goa dari era prasejarah tersebut, ada ditemukan juga di Sumatra, Kalimantan, Papua, selain dari Sulawesi tadi.

Artinya, memang proses menggambar di Bumi Pertiwi tidak kalah dibandingkan aktivitas menggambar bangsa Eropa, karena berdasarkan kajian penanggalan gambar prasejarah Indonesia usianya paling tua. Ini sebagai jawaban bahwa proses menggambar memang sejak lama dan penting bagi kehidupan manusia.

Masih menilik gambar-gambar prasejarah Indonesia yang terpatri pada dinding cadas maupun dinding goa batu itu, ternyata prosesnya berkesinambungan sampai ke manusia sekarang, khususnya tradisi di dunia kanak-kanak yang cenderung masih mengores dinding rumah Ayah-Bundanya, terutama bila Si kecil itu tidak dipasilitasi oleh kedua orang tuanya.

Fakta juga bahwa lomba menggambar anak-anak tak pelak selalu membludak diikuti oleh para pesertanya, walaupun kita sering menyaksikan betapa dunia bermain anak-anak yang polos, ceria, terkadang diiring gelak tawa itu, telah terampas oleh keinginan orang dewasa/orang tuanya untuk menang dalam kegiatan lomba menggambar tersebut.

Dari era kolonial juga dalam ranah dunia Ilmu Pengetahuan, kita tidak dapat pungkiri tidak lepas dari hasil kegiatan menggambar itu, Pemerintah Hindia Belanda dengan anggaran yang tidak sedikit, mereka juga mengirim para ahli gambarnya dalam melakukan penelitian,guna mendokumentasikan hasil penelitian tadi, di wilayah jajahannya.

Para ilmuan Biologi,Fisika, Kimia, Elektro, Arsitek, Geoded, Sosiolog, Antropolog, dan lain sebagainya, juga tidak lepas dari aktivitas menggambar. Bahkan fakta yang juga tidak terpungkiri, di era kekinian yang serba digital ternyata dunia kita ini telah dihegemoni oleh hutan belantara hasil budaya visual yang terpampang di mana-mana di seluruh belahan dunia, semua itu sebagai bukti bahwa Menggambar Penting bagi Kehidupan. **

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *