In Memoriam Bunda Elly Rudy, Pencipta Tari Tanggai dan Pendiri Sanggar GER

oleh
banner 468x60

Palembang, msinews.com – Kabar duka seketika merundung jagat seni, khususnya di Sumatra Selatan dan secara umum Indonesia. Penggiat dan Koreografer Tari Nasional Nurul Laili Anggraini (keseharian lebih akrab dipanggil Bunda Elly Rudy) meninggal dunia, Selasa (16/07/2024) sekitar pukul 02.30 WIB.

Rumah duka di Kompleks Villa Mitra Palembang, Jalan Seruni Nomor 29, Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1. Direncanakan almarhumah Bunda Elly akan dimakamkan Rabu (17/07/2024) bakda Zuhur.

banner 336x280

Rudy disematkan ke namanya karena sang suami bernama Rudy Syafruddin. Pasangan Nurul Laili Anggraini dan Rudy Syafruddin dikaruniai empat anak, yaitu Swarna Maha Reza, S.Sos., Swarga Arya Eza, S.Pd, Permata Safira, S.E. dan Puspa Dita, S.Si.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Cahyo Sulistiyaningsih menuturkan, sosok almarhumah pekerja keras dan bertanggung jawab. Dalam usia tidak muda lagi almarhumah masih terus berkarya dan mengajar.

Bunda Elly Rudy bersama almarhum Bang Kusni Kirana dan para penari Sanggar GER dalam salah satu even nasional pada 1990-an. (Foto: Nina Sri Lestari penari Sanggar GER)

“Disbudpar Sumsel sedang dalam proses pengajuan ke Kemendikbud untuk almarhumah memperoleh anugerah maestro. Berkasnya sudah diajukan dan sedang diproses. Saya akan segera menanyakan perihal berkas tersebut ke Kemendikbud RI,” ujar Cahyo.

Ketua Dewan Kesenian Sumsel (DKSS) Iqbal Rudianto menyatakan, DKSS jelas merasa sangat kehilangan figur seniman hebat di Sumsel. Apalagi banyak partisipasi dan kontribusi almarhumah, baik untuk Dewan Kesenian Palembang maupun DKSS.

“Terima kasih atas jasa dan pengabdian almarhumah di jalur seni tari di Sumsel. Almarhumah orang baik yang selalu peduli dengan kesenian dan generasi muda,” kata Didit.

Pada 1965 Bunda Elly mulai menekuni kreativitas seni tari. Alumnus FKIP Bahasa dan Seni Universitas Sriwijaya Palembang, pada 1965 menciptakan Tari Tanggai.

Selanjutnya, almarhumah kian “mabuk” oleh “ekstase seni tari”. Ia pun menjadi pelatih tari di berbagai institusi dan lembaga, antara lain sekolah, yayasan hingga instansi pemerintah. Dalam berbagai even ia juga menjadi juri lomba, koreografer, dan native speakers (narasumber), serta menulis beberapa buku.

“Bunda Elly Rudy orang konsisten dalam berkesenian sejak 1960-an. Beliau seniwati sejati dan banyak menciptakan karya seni tari diakui, baik tingkat nasional maupun internasional,” ujar seniman tari Sumsel Indra Gunawan.

Para seniman Sumsel, menurut Indra, jelas merasa sangat kehilangan. Karya almarhumah akan dikenang sepanjang masa, seperti Tari Tanggai menjadi tari saat penyambutan tamu.

Sejak kecil Elly Rudy telah menyenangi dunia tari. Pada 1962, dia menjadi anggota tim penari Gending Sriwijaya, terhimpun dalam dalam Sanggar Tari pimpinan Sukaenah Rozak. Sejak itu, Bunda Elly kerap tampil dengan tari Gending Sriwijaya dalam berbagai perhelatan.

Bunda Elly Rudy bersama para penari Tari Nindai dari Sanggar GER pada 1994. (Foto: Nina Sri Lestari penari Sanggar GER)

Pengalaman dan prestasi dia miliki tentu saja layak disebut sebagai maestro. Seluruh hidupnya didedikasikan di dunia seni khususnya tari Gending Sriwijaya serta menggantungkan hidupnya dari seni.

Berikut ini historiografi semasa hidup Elly Rudy di dalam aktivitas-kreativitas berkesenian:

1962: Sebagai penari Gending Sriwijaya bergabung dalam Grup Tari pimpinan Sukaenah Rozak.

1962: Berperan sebagai aktris bersama aktor Bahar Tan Tuah dalam film drama perjuangan “Sehelai Merah Putih” di Jakarta. Arsip Foto: Anwar Tan Djumai

1965:  Menciptakan Tari Tanggai.

1965: Menjadi duta Indonesia ke New York World Fair Amerika sebagai penari.

1980: Pada 30 Oktober 1980 mendirikan Sanggar Tari GER (Group Elly Rudy), dikuatkan dengan S.K. Pendirian No. 17/19-04-2018 oleh pejabat notaris Raden Muhammad Fauwaz Diraja, S.H., M.Kn.

Bunda Elly Rudy (76) bersama @kintanrhmadini Gadis Palembang 2023. (Foto: Dok.

1981 – sekarang: Aktif sebagai Pelatih Tari. Mengikuti Misi Kesenian sebagai Duta Seni ke berbagai Even nasional dan internasional.

1986: Karya Tari Erai-Erai Serumpun mewakili Provinsi Sumatra Selatan pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta (PRJ).

1987: Karya Tari Cek Molek Juara I dalam Pekan Tari Kreasi di Bengkulu, mewakili Provinsi Sumatra Selatan.

1988: Tim Tari Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas), Karya: Tari Egal-Egol (eksibisi).

1989: Tim Tari Universitas Sriwijaya (Unsri). Juara I Tari Tradisi dengan Karya: Tari Tanggai pada Pekan Seni Mahasiswa di Universitas Syiah Kuala, Aceh.

1990: Juara I Lomba Cipta Tari Tingkat Provinsi, Karya Tari Bungo Inten.

1991: Juara III Tingkat Nasional dalam Gatra Kencana TVRI Palembang, Karya: Pijar Budaya Sumatra Selatan.

1992:   Mewakili Provinsi Sumatra Selatan pada Pekan Seni Budaya Melayu di Tanjung Pinang, Riau.

1993: Penampilan Terbaik Lomba Cipta Tari Tingkat Nasional di Jakarta, Karya: Tari Nindai.

1994:   Mewakili Provinsi Sumatra Selatan ke Laos, Thailand, dan Singapura atas undangan pemerintah setempat.

1995: Mewakili Provinsi Sumatra Selatan pada Festival Keraton Surakarta.

1995: Kerjasama TVRI Pusat Jakarta dan TVRI Palembang dalam Paket Khusus Indonesia Emas, Karya Sendratari “Sultan Mahmud Badaruddin II”.

1997: Utusan Provinsi Sumatra Selatan pada Festival Keraton Cirebon.

1998: Utusan Provinsi Sumatra Selatan pada Pekan Raya Budaya Melayu Riau.

1998: Sebagai tutor/narasumber Tari Tanggai dan Tari Gending Sriwijaya di STSI Padang Panjang (sekarang ISI Padang Panjang).

1999: Utusan Provinsi Sumatra Selatan ke Johor Baru Malaysia sebagai narasumber Bedah Tari Zapin.

2001: Utusan Provinsi Sumatra Selatan pada Festival Gendang Nusantara di Melaka Bandar Raya, Malaysia.

2001: Menerima Penghargaan Seni ASEAN Social and Economic Corporation Golden Award 2001, Jakarta.

2002: Mewakili Provinsi Sumatra Selatan di Istana Negara. 1. Tari Gending Sriwijaya; 2. Tari Lenggok Musi.

2002: Pelatih Tim Kesenian Daerah Musi Banyuasin (Muba) dibawah pimpinan Bupati Muba Bapak Ir. Alex Noerdin. – Mengikuti Festival Floriade Hearlemmeer, Belanda.- Misi Indonesia ke Perancis.

2003: Utusan Provinsi Sumatra Selatan ke Kerajaan Negara Selangor, Malaysia.

2003: Utusan Provinsi Sumatra Selatan pada Festival Rampai Melayu–Budaya Melayu Sedunia, Riau.

2003: Utusan Tim Kesenian sebagai Pelatih Tari ke Italia dan Jerman.

2003: Menerima Penghargaan Seni sebagai Seniman Tari dari Pemerintah Daerah (Pemda) Sumatera Selatan.

2007: Dosen Luar Biasa Fakultas Seni Prodi Sendratasik Universitas PGRI Palembang.

2007: Sebagai tutor/narasumber “Workshop Penata Tari dan Musik se-Sumatra Selatan”.

2009:   Sebagai juri/pengamat pada Festival Seni Tari Melayu.

2010: Narasumber Workshop Pengembangan–Pelestarian Seni Budaya Palembang, diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumatra Selatan.

2013:   Narasumber Focus Group Discussion Pakaian Adat dan Tari Sambut Sumatra Selatan, diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Provinsi Sumatra Selatan.

2013: Juri/Pengamat Lomba Tari Kreasi Sumatra Selatan.

Bunda Elly Rudy bersama aktor Bahar Tan Tuah dalam syuting adegan film drama perjuangan “Sehelai Merah Putih” di Jakarta pada 1962. (Foto: Anwar Tan Djumai)

2013: Menerima Penghargaan Sebagai Tokoh Seni Budaya Sumatra Selatan dari Universitas PGRI Palembang.

2016: Koreografer World Dance Day di Surakarta diselenggarakan oleh ISI Surakarta. Karya: Tari Lilin Siwa.

2017: Sebagai Narasumber/Pamong Seni Pelatihan Kesenian Tradisional Sumatra Selatan. Materi: Tari Tanggai. Diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  (Disbuspar) Provinsi Sumatra Selatan.

2017: Koreografer World Dance Day Surakarta diselenggarakan oleh ISI Surakarta. Karya: Tari Pagar Pengantin.

2017: Menciptakan Tari Sambut Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Karya: Tari Sambut Ilim.

2018:   Koreografer pada Festival Triangle Culture Festival yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Kota Palembang.

2018: Pelatih Tari di Dinas Kebudayaan Kota Palembang.

Sang Maestro Tari Sumatra Selatan Bunda Elly Rudy lahir pada 29 Oktober 1948. Semua karya dan pengabdian Bunda Elly senantiasa tetap hidup dan menggelora dalam semangat generasi muda.

Rest in Peace (RIP), Bunda Elly Rudi. Allah SWT teramat mengasihi umat-Nya dan semoga Dia mengampuni khilaf dan salah. (SN/Biro SumselBabel). **

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *