Taman Miniatur Sriwijaya “APA DAN BAGAIMANA”

oleh
banner 468x60

Oleh: Dr. A. Erwan Suryanegara, M.Sn.

“Kebile-bile ku ade kance, kebile nian kanceku lege.” Mengutip satu lirik dari lagu daerah di Sumatra Selatan, yang artinya lebih-kurang, “Kapan-kapan aku ada kawan, kapankah kawanku lega.” Sebagai pembuka untuk membicarakan GAGASAN KEBUDAYAAN ini tetap harus diingat bahwa paradigma pembangunan kebudayaan adalah investasi, jadi bukan serta-merta langsung berpikir break event point (BEP), ya terkait rencana pembangunan Taman Miniatur Sriwijaya yang tentu megaproyek itu, setelah gagasan dan konsep tahap berikutnya tentunya dimulai dengan perencanaan, dalam perencanaan itu nanti baru dapat memperkirakan dan menghitung BEP. Selain tahap awal butuh minimal lahan awal 300 – 450 Ha, sebagai lahan Ring ke-1 tempat merekonstruksi situs-situs pun artefaktual tinggalan Sriwijaya, sebelumnya tentu pertanyaan mendasar bakal ada tidak political will yang memihak nantinya, sehingga terbuka peluang akan tercermin ke dalam APBN.

banner 336x280

Sebelum lebih jauh dan berpikir pelik, di sini akan dicoba membicarakan apa dan bagaimana
Taman Miniatur Sriwijaya, pada artikel terdahulu telah ditampilkan gambar site plan Ring I, maka berikut ini akan dicoba secara lebih spesifik membicarakan sarana dan prasarana di dalamnya. Seperti diketahui di seputar Desa Upang (tepatnya dititik saat Sungai Musi membelah dua alirannya) sebelum sampai ke muara, dengan keberadaan TMS di daerah itu diperkirakan ke depannya akan menjadi semacam kawasan Kota Satelit, mengingat relatif tak terlalu jauh darinya ada dua pintu gerbang Sumatra Selatan, yaitu: Bandara SMB II dan Pelabuhan Tanjung Siapi-api, apalagi nantinya di kawasan itu melintas jalan Tol. Pada Ring I itulah kawasan inti rekonstruksi situs Sriwijaya (diminikan dengan skala) dan artefak Sriwijaya (skala 1:1), seperti yang digambarkan pada bagan di atas, dengan menggunakan
bagian yang menggunakan simbol huruf serta angka.

Keterengan Gambar:
A. Miatur Wilayah Sriwijaya
B. Kapal Sriwijaya
C. Dermaga
D. Prasasti Kedukan Bukit
E. Monumen Dapunta Hyang Srijayanasa
F. PDAM
G. Pembangkit Listrik
H. GOR
I. Taman 1
J. Taman 2
K. Gedung Eksebisi
L. Gedung Data
M. GedungKajian
N. Gedung Produksi
O. Kator Pusat TMS
P. Pusat Informasi TMS
Q. Skylife
R. Institut Budaya Indonesia (IBI) Crivijaya
1 s.d 16 Gedung Layanan Masyarakat

A. Miatur Wilayah Sriwijaya
Inilah unsur paling inti di TMS, wilayah yang menggambarkan peta teritori era keemasan Sriwijaya tepatnya masa pemerintahan Maharaja Balaputra Dewa sekitar abad ke-9 M, Untuk sementara dapat membayangkan kawasan peta Kepulauan Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Pembangunannya sendiri akan menjaga keseimbangan kawasan dengan menggali kemudian tanah galiannya ditimbunkan di sekelilingnya (ditinggikan), selain juga digunakan untuk meninggikan dalam menampilkan pulau atau daratan dari teritori atau rentang kawasan kekuasaan Maharaja Balaputra Dewa itu.

Berdasarkan data arkeologis yang ada di pulau-pulau atau daratan itulah akan direkonstruksi situs-situs (diminikan dengan skala) dan artefak-artefak Sriwijaya (skala 1 : 1), sehingga relatif dari kejauhan artefak-artefak tersebut sudah akan kelihatan wujudnya, dan situs-situs Sriwijaya yang telah rusak atau dirusak maupun hilang atau dihilangkan dapat direkonstruksi kembali keberadaannya, juga untuk artefak-artefak Sriwijaya yang telah dipindahkan dapat dikembalikan ke lokasi penemuannya dalam bentuk reflika.

Di kawasan ini akan berlayar miniatur reflika Kapal Sriwijaya, dibuatkan juga sarana dermaga,
tempat tiketing Jadwal – Rute pelayaran dan sebagainya. Pada pulau-pulau tentu tidak semata
hanya diisi situs dan artefak Sriwijaya, namun lahan-lahan kosong itu akan diberdayakan dengan
penanaman aneka tanaman/pohon langka, buah, dan bunga yang beragam jenisnya, serta di titiktitik
tertentu akan dibangun kawasan wisata keluarga lengkap dengan fasilitasnya. Perwujudan
pulau-pulau itu akan direkarancang oleh para ahlinya seperti geolog, geoded serta arsitek lanskap
sehingga mendekati kontur dan karakter dari masing-masing pulau, seperti misalnya untuk Pulau
Sumatra karakternya ada Bukit Barisan yang membujur dari Aceh hingga ke Lampung. Maka, di
TMS juga Plau Sumatra itu akan diupayakan tampil mendekati aselinya, tentun hanya ukurannya
saja yang diskalakan jauh lebih kecil, ini yang menyebabkan ukuran situs-situs Sriwijaya
diperkecil juga, namun visual replika artefaknya yang tetap satu berbanding satu, sehingga ini
juga menjadi keunikan TMS.

B. Kapal Sriwijaya
Di TMS nanti akan disiapkan lima armada replika Kapal Sriwijaya yang berlayar mengarungi
kawasan teritori Sriwijaya yang ada, namun untuk praktisnya dilengkapi mesin kedap suara
sehingga terkesan berlayar dengan fungsi layar kapal yang ada. Kelima kapal itu akan melayani
jadwal dan rute mengunjungi situs-situs Sriwijaya yang ada, dilengkapi fasilitas serta awak kapal
yang berperan sebagai Peramu Wisatanya, di samping memang di setiap situs telah ditempatkan
para Peramu Wisata sesuai bidangnya (koki, pelayan dan gaet), sehingga diharapkan para
wirasatawan yang berkunjung benar-benar dimanjakan dengan pelayanan prima.

C. Dermaga
Berikutnya masih terkait pelayaran adalah keberadaan Dermaga Mini tempat sandar kapal saat
menaik dan menurunkan penumpang. Sebagaimana Sarana dan prasarana Pelabuhan kapal
penumpang umumnya tentu darus dirancang dan dipesiapkan dengan baik termasuk sumber daya
manusianya. Menjadi satu prinsip untuk bangunan adalah memvisualkan warna Kesriwijaan yang
unik, namun fasilitas modernnya dapat dirasakan juga.

D. Prasasti Kedukan Bukit
Seperti diketahui keberadaan Prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 604 Saka atau 682 M,
karena tahun Saka kalau dikonfersi ke Masehi ditambah 78 tahun, hingga saat ini merupakan prasasti tertua angka tahunnya yang telah ditemukan. Penanggalan yang dipahatkan dan tertera di prasasti itu 16 Juni 604 Saka, dijadikan sebagai akte Hari Jadi Kota Palembang. Selain itu prasasti Kedukan Bukit ini juga menjadi prasasti pertama dari dua prasasti Sriwijaya yang faktual bicara Maharaja Sriwijaya “BERLAYAR” sebagai bukti negara maritim tak terbantahkan lagi, prasasti Kota Kapur tahun 608 Saka atau 686 Masehi, merupakan prasasti keduanya yang dipahatkan di Kota Kapur – Mendo Barat, Pulau Bangka. Dari situ menjadi layak prasasti Kedukan Bukit ditempatkan di dekat gerbang saat memasuki TMS, guna menyambut dan menghantarkan kedatangan maupun kepulangan para pengunjung nantinya.

E. Monumen Dapunta Hyang Srijayanasa
Sebagai maharaja pertama Maharaja Dapunta Hyang Srijayanasa akan dibuatkan monumennya dan sekaligus sebagai ikon utama dari TMS, maka ukurannya akan sebanding dengan Patung Liberty, dan base atau dudukannya sekaligus merupakan bangunan Museum dan Perpustakaan yang juga akan menampung karya-karya hasil kajian dan kreasi Kesriwijayaan. Dengan ukurannya tinggi dan besar, diharapkan ketika pesawat terbang menjelang landing ke Bandara Sultan Mahmud Badarudin II, para penumpangnya sudah dapat melihat keberadaan monument tersebut dari kejauhan.

F. PDAM
Untuk mengamankan kebutuhan yang bersifat publik salah-satunya air bersih, mencermati relatif
terjadi di berbagai daerah di Indonesia adalah persoalan distribusi air bersih. Guna mengatasinya
TMS harus memiliki atau melakukan tatakelola dalam penyediaan dan distribusi air bersih
mandiri, sehingga kawasan TMS tidak berkendala terkait air bersih, maka perlu memiliki PDAM
sendiri.

F. Pembangkit Tenaga Listrik
Kebutuhan mendasar yang bersifat publik selain air bersih yang kedua adalah listrik, juga mencermati relatif terjadi di berbagai daerah di Indonesia adalah persoalan “byar pret” atau hidup mati listrik secara mendadak. Guna mengatasinya TMS harus memiliki atau melakukan tatakelola dalam penyediaan dan distribusi listrik mandiri, sehingga kawasan TMS tidak berkendala terkait pasokan listrik, maka perlu memiliki Pembangkit Tenaga Listik sendiri yang sekarang seperti Tenaga Surya.

G. Gedung Olah Raga
Keberadaan sarana olah raga juga perlu dikelola, karena keberadaannya merupakan salah satu asset bagi TMS. Untuk cabang olahraga popular tertentu perlu mendapat prioritas, seperti Sepak Bola dan Atletik, bahkan di GOR itu nanti dapat saja misalnya menjadi tempat meyelenggarakan pertandingan Tinju Kelas Dunia, sehingga kelengkapan fasilitas pendukungnya diadan.

H. Taman 1
Konsep tamannya harus mixed flora fauna rekaalami yang menunjang pelestarian keberadaan mereka

I. Taman 2
Selain tamannya harus mixed flora fauna rekaalami dan menunjang pelestarian keberadaan mereka, tentunya harus dirancang sungguh-sungguh agar tampil kreatif dan inovatif maka harus melibatkan arsitektur lanskap dan seniman.

J. Gedung Eksebisi
Gedung ini merupakan wahana Pameran dan Pertunjukan Seni, selain bentuk bangunan (arsitekturnya) berwarna Sriwijaya, juda harus ditunjang fasilitas standar terkait audio dan tata cahayanya.

K. Gedung Data
Merupakan gedung pusat data, baik data lama maupun data yang sudah terbarukan semua yang memiliki benang merah dengan Kesriwijayaan.

L. Gedung Kajian
Pusat kajian ini penting untuk pembacaan konperhensif terkait Kesriwijayaan sekaligus tempat mengeksplorasi dan mengelaborasi data-data yang ada, sehingga menghasilkan kebaruan data yang tinggi tingkat akurasi dan validitasnya.

M. Gedung Produksi
Hasil dari gedung pusat kajian akan diproses dan diproduksi di gedung ini, bila diibaratkan Gedung produksi ini adalah “kawah candradimuka” yang siap memuntahkan “magma’ dalam bentuk karya.

N. Kator Pusat TMS
Gedung Pusat TMS ini merupakan tempat berkoordinasi terkait kebijakan dan program.

O. Pusat Informasi TMS
Gedung ini merupakan tempat mendapatkan semua informasi terkait keberadaan TMS.

P. Skylife
Sebagai kelengkapan sarana bagi para wisatawan bila berkeinginan menyaksikan kemegahan dan
keunikan TMS dari ketinggian.

Q. Institut Budaya Indonesia (IBI) Crivijaya
IBI Sriwijaya merupakan kampus unik yang berada di atas/dekat air, konsepnya agar alumni nantinya memiliki karakter khas supaya memiliki kemampuan tinggi dalam bersaing di era global.

1 s.d. 16 Gedung Layanan Masyarakat
Gedung-gedung ini merupakan fasilitas yang dapat dialihkan kepemilikan gedungnya (HGB) kepada pihak ketiga dengan sistem kontrak, seperti: Bank, Moneter, RS, Kantor Lembaga Bisnis, Supermarket, Minimarket, Kantor Perwakilan. Khusus untuk Masjid, Pura, Gereja, Klenteng akan dikelola oleh manajemen TMS.

Terkait bangunan konstuksi kayu akan menggunakan skala prioritas Gedung-gedung tertentu mana yang diharuskan dengan konstruksi kayu, mengingan kayu saat ini sudah semakin langka bahan bakunya. Kontruksi batu dan terakota justru akan lebih memiliki benang merah dengan Kesriwijayaan, sementara konstruksi beton bertulang mungkin sekali akan lebih dominan di TMS. Namun, strateginya dengan menggunakan teknik plastering semen, maka bangunan beton bertulang tadi dapat dibuat (diprofil) menjadi kesan kayu atau batu maupun terakota, terutama tentunya diperuntukkan buat gedung-gedung layanan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas , bila dilihat dari tahapan-tahapan perancangan, memang apa yang telah dilakukan atas gagasan TMS ini, barulah tahap awal (site plan), berikutnya tentu akan membuat gambar Teknik 3D dan seterusnya, jadi masih panjang proses perancangan yang harus dilakukan.

Taman Miniatur Sriwijaya ini seperti ntelah disampaikan sebelumnya, merupakan jawaban atas wacana dunia yang telah seabad lebih sejak Coedes, bahkan dimulai sejak I-Tsing menulis kisah perjalanannya saat singgah di Nusantara, sebelum dia ke India maupun setelah pulang dari India, wacana tentu akan terus bergulir dan bergulir, mungkin tanpa akhir yang banyak menarik minat para ahli membicarakannya, maka merekonstruksi kebesaran Sriwijaya di TMS ini tentu banyak dinantikan oleh masyarakat dunia. Maka, potensi TMS yang membuka peluang berbagai usaha dan bisnis bertaraf internasional, tentunya mmenjadi daya tarik bagi banyak investor untuk dapat berperan serta. Ke depan
TMS harus dikelola dengan penuh tanggung jawab, sehingga dapat dirasakan langsung
kebermanfaatan dan keberadaannya, oleh segenap anak bangsa…SEMOGA.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *