Oleh Alan Novi Tompunu
DESA Burai, yang terletak di Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan, semakin menunjukkan potensinya sebagai destinasi wisata unggulan. Desa ini dikenal dengan keindahan alamnya yang dikelilingi sungai dan rawa, serta budaya lokal yang kaya, seperti kerajinan tenun songket dan kemplang.
Pada tahun 2017, Desa Burai bertransformasi menjadi desa ekowisata dan berhasil meraih Anugerah Pesona Indonesia (API) pada 2018. Keberhasilan tersebut kemudian diikuti dengan penghargaan sebagai juara kedua kategori ekowisata terpopuler pada API Award 2020.
Meskipun demikian, promosi wisata di Desa Burai masih terbatas dan bergantung pada media sosial, sementara jumlah wahana wisata berupa perahu masih sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis untuk meningkatkan pemasaran dan fasilitas wisata di desa ini.
Desa Burai yang terletak hanya 14 km dari kampus Universitas Sriwijaya, menjadi lokasi ideal untuk melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka memecahkan masalah tersebut.
Program pengabdian masyarakat yang dipimpin oleh Dr. Ir. Bhakti Yudho Suprapto, S.T., M.T., IPM, berfokus pada dua aspek utama, yaitu pemasaran dan produksi wahana wisata. Untuk aspek pemasaran, tim pengabdian masyarakat mengembangkan sebuah website khusus yang dirancang untuk menggantikan promosi yang sebelumnya hanya dilakukan melalui akun media sosial Instagram.
Website ini bertujuan memberikan informasi lebih lengkap dan profesional tentang paket wisata, fasilitas, dan aktivitas yang tersedia di Desa Burai, serta memudahkan pengunjung untuk mengakses dan memesan layanan wisata.
Di sisi lain, untuk meningkatkan produksi wahana wisata, pengabdian ini juga memperkenalkan teknologi perahu hybrid yang dapat menggantikan perahu-perahu lama yang sudah rusak. Perahu hybrid ini merupakan hasil riset dari tim pengabdian masyarakat dan telah diuji coba di Sungai Musi. Dengan menggunakan kombinasi bahan bakar solar dan panel surya.
Perahu ini mendukung program blue economy dengan memanfaatkan energi terbarukan. Keunggulan perahu ini terletak pada efisiensinya, dengan kemampuan beroperasi menggunakan baterai 12 volt 40AH selama 7 hingga 9 jam dan kecepatan antara 20 hingga 35 km/jam, membuatnya sangat cocok digunakan untuk wisata air. Perahu hybrid ini juga dirancang dengan material ringan yang mengurangi bobot dan meningkatkan efisiensi operasional, sekaligus memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
Program pengabdian masyarakat ini melibatkan mahasiswa sebagai bagian dari implementasi dan pelatihan teknologi di lapangan. Diharapkan, pengabdian ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan wisata di Desa Burai, sekaligus memperkuat kapasitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Burai Indah dalam mengelola dan mempromosikan destinasi wisata mereka.
Dengan adanya perahu hybrid dan website baru ini, Desa Burai diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata, memperluas jangkauan promosi, dan membuka peluang ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat setempat. Program ini juga menjadi contoh sukses dari kolaborasi antara masyarakat, akademisi, dan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pariwisata berbasis keberlanjutan.◾
Ir. Alan Novi Tompunu, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng adalah dosen (staf pengajar) di Politeknik Negeri Sriwijaya, Indralaya, Sumatra Selatan. **