Jakarta,msinews.com – Masa liburan sekolah yang panjang, seperti yang akan terjadi pada pertengahan tahun ini, seringkali menimbulkan kekhawatiran tersendiri, terutama bagi keberlangsungan program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Neng Eem Marhamah, dengan tegas mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk segera bergerak cepat menyosialisasikan mekanisme distribusi MBG selama periode liburan.
Ini menjadi krusial setelah munculnya kasus pembagian MBG dalam bentuk bahan mentah di Tangerang Selatan, yang dinilai tidak sesuai dengan esensi program.
“Pembagian MBG dalam bentuk bahan mentah tidak sesuai ketentuan program. Tapi ini inisiatif dari SPPG agar anak-anak tetap menerima manfaat selama libur sekolah,” ujar Neng Eem di Jakarta, Kamis (19/6/2025).
“Ini menjadi bahan evaluasi agar BGN segera menyusun juknis [petunjuk teknis] dan sosialisasi mekanisme distribusi MBG.”sambung Neng Eem.
Meningkatnya Kebutuhan, Tantangan Distribusi
Unggahan di media sosial belakangan ini memperlihatkan paket MBG yang dibagikan berupa beras, telur puyuh, ikan asin, kacang tanah, pisang, dan jeruk, yang ditujukan untuk dimasak sendiri oleh penerima.
Meskipun niatnya baik agar anak-anak tetap mendapatkan asupan gizi, metode ini menyoroti belum adanya panduan yang jelas mengenai distribusi MBG di luar hari sekolah reguler.
Neng Eem menjelaskan bahwa libur sekolah di Indonesia terjadi dua kali setahun, yaitu Juni-Juli dan Desember-Januari, dengan libur pertengahan tahun yang cenderung lebih panjang. Saat libur Lebaran 2025 lalu, MBG tidak diberikan kepada anak sekolah, namun tetap disalurkan untuk ibu hamil dan balita.
“Kalau MBG tetap diberikan saat libur sekolah, sebaiknya dilakukan survei kehadiran siswa dengan melibatkan pihak sekolah agar penyalurannya tepat sasaran,” tambahnya, menekankan pentingnya akurasi data penerima.
Inovasi dan Sinergi untuk Distribusi Optimal
Untuk mengatasi tantangan ini, Neng Eem menyarankan beberapa opsi agar manfaat MBG tetap terasa maksimal.
Bagi anak-anak yang tinggal dekat sekolah, ia berharap mereka tetap bisa menerima MBG di lingkungan sekolah, meskipun sedang libur.
Bahkan, ia mengusulkan adanya aktivitas sederhana di sekolah agar kunjungan siswa tidak sekadar untuk mengambil MBG. Ini bisa menciptakan suasana interaktif dan edukatif.
Sementara itu, untuk anak-anak yang rumahnya jauh atau sulit datang ke sekolah, distribusi MBG bisa tetap difokuskan pada kelompok prioritas seperti ibu hamil, menyusui, dan balita, yang memang menjadi target penting dalam program ini.
“Ke depan, distribusi MBG harus lebih matang. Bila memungkinkan, pembagian MBG saat libur bisa dilakukan di tempat-tempat umum seperti area rekreasi, sehingga anak-anak tetap bisa menikmati gizi seimbang,” pungkasnya.
Ia berharap ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang matang dan sinergi lintas sektor untuk mendukung program unggulan Presiden Prabowo ini.
Dengan sosialisasi mekanisme yang jelas dan strategi distribusi yang inovatif, diharapkan program MBG dapat terus berjalan optimal, memastikan bahwa kebutuhan gizi anak-anak Indonesia tidak ikut libur seiring dengan berakhirnya tahun ajaran.