MSINEWS.COM-Ketua Komisi Keteketik Konferensi Waligereja Indonesia,Mgr. Seno Ngutra, mengajak umat Katolik untuk tetap teguh dalam menghadapi tantangan hidup dan terus berbuat baik.
Ajakan Uskup Amboina tersebut disampaikan saat misa konsebran Inkulturasi Indonesia Timur dalam peringatan pesta nama Gereja Paroki St. Stanislaus Kostka, Kranggan, Bekasi Barat,Keuskupan Agung Jakarta, dalam misa Inkulturasi Indonesia Timur dalam rangka Peringatan Pesta Nama Paroki setempat, Minggu 16 November 2025.
”Pada momen yang berahmat ini saya ingin mengatakan ”tetap teguh dalam iman akan Yesus Kristus,tetap setia jadi anggota Gereja Nya,dan teruslah berbuat baik.” kata Mgr.Seno.
Dalam homilinya, Uskup kelahiran Key, Maluku itu menjelaskan bahwa sebuah nama pelindung bagi sebagian orang mungkin tidaklah berarti.Namun bagi orang tua sangatlah penting,karena kelak anak-anaknya dapat mencontohi sosok nama yang diberikan kepada orang tuanya.
”Apalah artinya sebuah nama bagi sebagian orang ,mungkin nama tidak ada artinya sama sekali. Tetapi bagi orang tua, ketika mereka memberi nama bagi anak-anaknya, berharap suatu kelak akan menjadi seperti seorang pemuda seperti Stanislaus yang merupakan pelindung gereja paroki Kranggan,yakni Santo Stanislaus. ”
‘Stanislaus adalah sebuah nama yang indah artinya “meraih kemuliaan” atau “meraih kejayaan”, yang berasal dari bahasa Slavia. Nama ini sangat populer karena santo pelindungnya, yaitu Santo Stanislaus , seorang uskup dan martir yang menjadi pelindung kaum muda dan mahasiswa.
Dia seorang tokoh pemuda yang sering dikaitkan dengan Santo Stanislaus dari Kraków, yang merupakan pelindung para novis, kaum muda, mahasiswa, dan seminaris.
Bagi umat Katolik, nama ini sering diasosiasikan dengan teladan hidup yang suci dan tujuan untuk meraih kemuliaan kekal melalui iman.
Sebagaimana nama seorang yang bernama Stanislaus yang adalah pelindung gereja paroki Kranggan,sebuah nama yang indah,dan penuh makna. Maka, Stanislaus adalah sebuah nama yang mengajak orang untuk meraih kemuliaan Allah, dan itu telah dilakukan oleh seorang stanislaus seorang remaja usia 17 tahun kala itu.
Stanislaus yang waktu hidupnya singkat sekali yakni 17 tahun, meninggal dunia setelah bergabung dengan kongregasi imam Yesuit.
Dia bukanlah seorang dewasa, seorang imam,atau seorang uskup, dan lain sebagainya, dan dia hanyalah seorang remaja berusia 17 tahun tetapi remaja yang sungguh-sungguh menampilkan kemuliaan Tuhan,bagi orang-orang yang hidup bersamanya kala itu.
Di sisi lain, Uskup yang lahir pada 7 Oktober 1970 di Kota Waur, Provinsi Maluku itu mencontohkan semangat keteguhan iman Katolik yang dialami oleh sejumlah umat di wilayahnya.
”Di salah satu Pulau kecil bernama Pulau Geser, satu stasi hanya terdapat 1 keluarga Katolik dan 3 anggota yakni Bapak,Ibu dan Anak, jadi Bapa,Putra dan Rohkudus,tapi semangat mereka sangat luar biasa. Mereka tetap teguh akan iman nya, hidup rukun dan damai bersama sesama masyarakat yang mayoritas non katolik di wilayah setempat,” ungkap Mgr. Seno Ngutra.
Selain itu, Ketua Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia periode 2025-2028 ini,juga bercerita tentang kehidupan umat Katolik di pulau-pulau terpencil di wilayah gerejani Keuskupan Sufragan Amboina, meliputi dua provinsi ; Maluku dan Maluku Utara masih mengalami kesulitan untuk menghadiri msia,karena memang jarak tempuh dari tempat tinggal mereka membutuhkan waktu yang panjang. Meski begitu mereka tetap menjalankan iman kekatolikan mereka.// tim redaksi.

