Aksi Heroik Herman Yoseph Fernandez, dalam Pertempuran Mati Hidup di Palagan Sidobunder, Layak Bergelar ”Pahlawan Nasional”

oleh

Jakarta,msinews.com-Namanya, terukir di sejumlah situs sejarah sebagai salah satu anggota Tentara Pelajar Indonesia yang gugur dalam perang Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia adalah Herman Yoseph Fernandez, pria kelahiran Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur 3 Juni 1925.

Secara fakta, ia berjuang dengan mengorbankan nayawanya demi mempertahankan Kemerdekaan NKRI yang dicintainya. Meski dihunus senjata dan peluru yang kemudian menghentikan napas oleh regu tembak yang mengeksekusi mati, Herman Yoseph Fernandez tak gentar. Ia iklas menyerahkan nyawanya demi kemerdekaan bangsa yang dicintainya dengan sikap satria.

Meski demikian, nama Herman Yoseph Fernandez nyaris tak terdengar bahkan sunyi senyap dari ajang PAHLAWAN NASIONAL, sebagaimana puluhan anggota Tentara Pelajar lainnya yang gugur dalam perang di Palagan Sidobunder, Kebumen,Jawa Tengah.

Herman Yoesph Fernandez gugur di medan perang Palagan Sidobunder, Kebumen dalam usia 22 tahun (3 Juni 1925-31 Desember 1948).

Dan pada tanggal 31 Desember 2024 nanti genap 76 tahun pria asal Lamaholot,Kabupaten Flores Timur , NTT itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Yogyakarta bersama Jenderal Besar Sudirman dan ratusan pahlawan lainnya.

Herman Yoseph Fernandez memainkan peran signifikan dalam jaringan dan aksi perjuangan Tentara Pelajar di Yogyakarta selama periode Perang Kemerdekaan Indonesia.

Mengutip buku Ringkasan Eksekutif Naskah Akademik Herman Yoseph Fernandez,Cahaya dari Timur untuk Indonesia, yang dibahas dalam Seminar Nasional ”Pengajuan Gelar Pahlawan Nasional ,Herman Yoseph Fernandez ,Sabtu 14 Desember 2024 di gedung PPAD Matraman,Jakarta Timur, bahwa sosok Anggota Tentara Pelajar aal Flores, NTT ini memiliki peran signifikan dalam mempertahankan NKRI, melawan penjajah Belanda saat itu.

Dikisahkan, setelah meninggalkan tambang barubara Bayah, Herman kembali ke Yogyakarta dan bergabung dengan teman-teman seperjuangannya di Asrama Jl. Djetis 20.

Makam Herman Yoseph Fernandez di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara Yogyakarta

Bersama sejumlah kawan seperjuangan dari Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) atau Sekolah Guru Bantu (SGB) di Muntilan, Jawa Tengah,seperti Frans Seda dan Wilem Wowor, Herman terlibat dalam berbagai aktivitas revolusi.

Pada tahun 1946, Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) yang dideklarasikan di Yogyakarta membentuk IPI Bagian Pertahanan, yang bertanggungjawab atas peran militer, yang dideklarasikan bersama Martono, Soetomo Honggowongso, Moh. Said dan Abdul Gafar, serta Warsito.

Ternyata gagasan Martono untuk membentuk pasukan pelajar diterima baik oleh para Kepala Sekolah Menengah yang ada di Yogyakarta beserta para pelajarnya. IPI bagian Pertahanan diresmikan pada 17 Juli 1946 di halaman Asrama TKR Jalan Pingit, Yogyaklarta, oleh Mayor Jenderal Drg. Mustopo atas nama Menteri Pertahanan RI.

Sumber Ringkasan Eksekutif juga menyebut, di Yogyakarta, Herman Yoseph Fernandez dikenal memiliki jaringan persahabatan yang luas di kalangan Tentara Pelajar. Setibanya di Yogyakarta dari Tambang Batubara Bayah, Herman Fernandez bergabung kembali dengan kawan-kawannya eks-Muntilan yakni Frans Seda, Wilem Wowor, Silvester Fernandez, dan Dion Lamury di Asrama Jl. Djetis 20. Dari tempat inilah, mereka mulai terbakar bara api revolusi, ketika Belanda kembali ingin berkuasa dengan melancarkan Agresi Belanda 1 (1947) dan Agresi Belanda 11 (1948).

Dikisahkan bahwa, pada awalnya, Herman Fernandez bergabung dalam kelompok Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Ia kemudian masuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (GRISK) yang diketuai oleh Herman Yohannes dan Frans Seda sebagai sekretaris II merangkap bendaharanya dan Lourens Say sebagai salah satu anggotanya.

Adapun, GRISK memiliki organisasi sayap militernya yang dikenal dengan nama Laskar Sunda Kecil atau Batalion Paradja yang siap melawan agresi Belanda (Ataladjar, 2024: 93-96). Untuk diketahui bahwa, Laskar Sunda Kecil dibentuk 19 Agustus 1945.

Dijelaskan bahwa, dua hari setelah kemerdekaan RI, bersamaan dengan lahirnya Propinsi Sunda Kecil yang meliputi Bali, NTB, dan NTT. Presiden RI, Ir. Soekarno mengangkat dan menetapkan Mr. 1 Gusti Ketut Pudja sebagai Gubernur Propinsi Sunda Kecil.

Selanjutnya, pada tanggal 22 Agustus 1945, 1 Gusti Ngurah Rai diangkat menjadi komandan TKR berpangkat Letnan Kolonel untuk wilayah komando sentral Sunda Kecil.

Masih dari sumber yang sama disebutkan, pada saat bersamaan, di Yogyakarta lahirlah Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (GRISK) untuk mempertahankan kemerdekaan RI.

Anggotanya GRISK pada umumnya berasal dari pemuda pelajar asal Flores, Sumba, Sabu, Rote, dan Timor. GRISK memiliki dua sayap militan yakni Laskar Sunda Kecil dan Batalion Paradja.

Batalion Paradja dikenal juga dengan nama Batalion Timor karena anggotanya kebanyakan pemuda dan pelajar asal Nusa Tenggara Timur.

Herman dikenal sebagai anggota Tentara Pelajar yang tergabung tidak hanya dalam satu kesatuan tetapi dalam empat batalion, yaitu KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi), GRISK (Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil), Batalion Paradja, dan PERPIS (Persatuan Pelajar Indonesia Sulawesi).

Di PERPIS, bergaung pelajar-pelajar yang berasal dari NTT, NTB, Kalimantan, dan Sulawesi. PERPIS kemudian bergabung dengan Resimen Hasanuddin yang dipimpin Andi Matalatta dan berubah nama menjadi Resimen Hasanuddin Seksi Pelajar. Dalam perkembangannya kemudian, Resimen Hasanuddin dilebur ke dalam Brigade 16 pimpinan Warouw (Ataladjar, 2024: 108-109).

Patung Herman Yoseph Fernandez di Jantung Kota Larantuka, Flores, NTT (Istimewa)

Sebagaimana dirangkum oleh oleh tim Panitia Nasional Pengajuan Gelar Pahlawan Nasional kepada Herman Yoseph Fernandez, yakni Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, Drs. Marianus Kleden, M.Si, Dr. Gories Lewoleba, M.Si, dan Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri, Herman Fernandez dan Alex Rumambi yang tergabung dalam Batalion PERPIS pimpinan Maulwi Saelan ditugaskan di front pertempuran hidup-mati Palagan Sidobunder.

Adapun, dedikasi Herman Yoseph Fernandez dalam Tentara Pelajar menunjukkan keberaniannya melawan kolonialisme serta visinya untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia. Aksinya mencerminkan nilai-nilai kepahlawanan yang menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.

Nama Herman Yoseph Fernandez,salah satu Anggota Tentara Pelajar yang gugur dalam Perang Agresi Militer Belanda I, sejak tanggal 21 Juli hingga 5 Agustus 1947. Ia gugur di medan perang Palagan Sidobunder, Kebumen,Jawa Tengah saat dieksekusi mati oleh regu tembak tentara Belanda. Herman Fernandez rela mempertaruhkan nyawanya demi membela Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Yang kami pertahankan cuma satu,Negara Republik Indonesia” tegas Herman Yoseph Fernandez ketika menjawab pertanyaan interogasi regu tembak Belanda bahwa pilih mana, Negara Indonesia Timur atau Yogyakarta, yang akhirnya Herman pun ditembak mati. **

Sumber : Ringkasan Eksekutif Naskah Akademik Herman Yoseph Fernandez, Cahaya dari Timur untuk Indonesia.

Editor : Domi Lewuk.