Palembang, msiews.com – Pintu gerbang utama jalur laut ke Sumatra Selatan (Sumsel) telah ditopografikan terletak di Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin. Titik koordinatnya telah diproyeksikan langsung menghadap ke Selat Bangka, tak jauh dari muara Sungai Musi.
Implementasi pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat (PTC) menjadi salah satu program strategis E-RA. Pengimplementasian program itu dapat mewujud nyata jika masyarakat Sumatra Selatan (Sumsel) memilih Ir. H. Eddy Santana Putra, M.T. menjadi gubernur dan Dr. Riezky Aprilia, S.H., M.H. sebagai wakil gubernur.
Secara nasional, ground breaking Pelabuhan Tanjung Carat mulai dilakukan pada 2021 dalam era Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Bermula ketika Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi diminta Presiden Joko Widodo agar secepatnya menentukan lokasi pelabuhan yang layak bagi Sumsel. Presiden Jokowi mendukung kehadiran pelabuhan baru di Sumsel sebagai bagian dari Program Nawacita jilid II-nya, yakni sebagai simpul dalam jaringan konektivitas perhubungan laut (tol laut).
Dalam faktanya, Sumsel memang belum memiliki pelabuhan yang layak. Pasalnya, Pelabuhan Boom Baru di Sungai Musi di Kota Palembang, sudah tak memadai. Kapal besar tidak bisa memungkinkan masuk karena Sungai Musi yang kian mengalami pendangkalab. Belum lagi, kian banyak jembatan yang melintang di atas Musi di seputar Palembang.
Sebelumnya Pemprov Sumsel telah membangun pelabuhan di Tanjung Api-Api (TAA), berlokasi di dalam perairan tenang di Teluk Rimau Sungsang. Pelabuhan TAA terlindung dari arus Selat Bangka, berlokasi sekitar 15 km dari Tanjung Carat. Namun, kedalaman air di pelabuhan itu hanya 3,5 meter ketika air surut dan 5 meter saat pasang. Hanya kapal-kapal ukuran 1.000 ton–1.500 ton yang bisa merapat ke dermaganya.
Pelabuhan Tanjung Carat jelas ESP, lebih memenuhi syarat. Dengan membangun dermaga menjorok sekitar 350 meter ke laut, bisa mendapat perairan dengan kedalaman 12–18 meter. PTC dengan begitu, ujar ESP, bisa disinggahi kapal-kapal besar.
PTC nantinya juga akan mudah diakses. Jaraknya sekitar 90 km dari Palembang dan dapat ditempuh lewat jalan tol yang terkoneksi dengan jalan tol Trans Sumatra. Pemerintah tak harus pusing dengan urusan pembebasan lahan, karena lahan seluas 461 hektar sudah disediakan oleh Pemprov Sumsel. Areal seluas itu akan menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api yang sedang dikembangkan.
Dalam rancangan Kementerian Perhubungan, PTC akan dibangun mirip Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, yang tahap satunya sudah dioperasikan sejak akhir Desember 2020. Hanya saja dalam versi lebih kecil. Di Patimban, dermaganya berupa hamparan beton tebal di atas laut berkedalaman 12–15 meter.
Struktur itu disangga oleh pilar-pilar beton menghunjam jauh ke dasar laut. Dermaga itu dihubungkan oleh jalan-jalan beton yang lebar ke daratan, yang menyediakan berbagai sarana pendukung, seperti pusat kendali operasi, kantor pabean, kantor surveyor, gudang, lantai kontainer (peti kemas), tempat parkir kendaraan berat, dan seterusnya.
ESP bersama RA telah merencanakan pembangunan PTC. Pelabuhan baru itu, timbang ESP, sangat penting bagi lalu lintas perdagangan di Sumsel. Bumi Batanghari Sembilan sejak era Sriwijaya disebutnya memiliki komoditas unggulan seperti beraneka hasil tambang, karet, kelapa sawit, kopi, kakao, gula, pupuk, rempah-rempah, dan masih banyak lainnya.
“Pelabuhan baru tentu saja akan sangat berperan vital dalam menopang pertumbuhan ekonomi Sumsel dan sekitarnya,” ujar ESP. Tidak tertutup kemungkinan produk unggulan dari Bengkulu, sebagian Jambi, dan juga Lampung, bisa didistribusikan lewat Tanjung Carat. ‘’Dalam beberapa tahun ke depan, semua terhubung jalan tol,’’ kata ESP.
Estimasi biaya diperlukan untuk membangun pelabuhan baru itu ESP taksir tak kurang dari Rp 3 triliun pada tahap satu. Pemerintah bersama DPR-RI telah menyetujui mengalokasikan Rp 300 miliar untuk memulainya. Pembiayaan di tahap berikutnya, bisa dari pemerintah pusat, dan bisa juga bersumber dari investasi swasta.
Sudah diputuskan Presiden Jokowi proyek dikeluarkan dan program strategis, lanjut ESP, tapi tetap terbuka peluang bagi investor dalam perencanaan realisasi pembangunan ke depan untuk terlibat . (SN/Biro SumselBabel).**