MSINEWS.COM– Acara Bedah Buku Dies FISIP-UNSRI diawali Sambutan Dekan FISIP-UNSRI, diwakili WD III Dr. Andries Leonardo, S.IP., M.Si. “…Karya Tulis Ilmiah dan Bedah Buku, merupakan kegiatan yang harus didorong sebagai Tradisi Akademis di FISIP-UNSRI…”
Bedah Buku Dies FISIP-UNSRI ke-42 Berlangsung di Ruang Doktor, FISIP-UNSRI, Palembang, pada Jumat, 21 Februari 2025 Pukul 08:30 s.d. selesai.
Kegiatan tersebut menghadir dua panelis, masing-masing Dr. A. ERWAN SURYANEGARA, M.Sn, dengan materi Melacak Jejak Istana Sriwijaya,dan Dosen FISIP-UNSRI dengan judul materi Menyongsong Indonesia Emas 2045.
Sementara tiga panelis masing-masing Dr. Vieronica Varbi Sununinanti, S.Sos., M.Si, Dr. Sena Prabu Putra Jaya, S.AP., M.AP,dan Ferdiansyah Rivai, S.IP., M.A.
Melacak Jejak…dua diksi awal yang dipakai Erwan pada judul bukunya, “…merupakan upaya menelusuri bukti-bukti jejak berdasarkan sisa-sisa tinggalan, untuk menemukan secara seksama…”, ungkap Erwan mengawali paparannya.
Sriwijaya kala itu merupakan kekuatan besar dunia, bukan saja secara politik kekuasaan dan ekonomi maritimnya, Sriwijaya juga memiliki pendidikan tinggi dan mempunyai Acharya (Guru Besar) Dharmakirti yang kritis, sehingga cantrik Athisa asal India lebih memilih belajar ke Sriwijaya.
Satu-persatu Erwan memaparkan tanda (sign) indeks hasil pelacakannya, di mana letak Istana Sriwijaya melalui kajian situs dan artefak tinggalan Sriwijaya. Situs Gde Ing Suro, Situs Telaga Biru, Prasasti Telaga Batu I, Prasasti Kedukan Bukit, dan lain sebagainya yang menunjukkan relasi sebab-akibat (kausal), berhasil dinarasikan oleh Erwan baik melalui bukunya maupun paparannya, memukau audien larut menyimak dan mendengarkan.
Analisa kritis diungkapnya atas prasasti Sriwijaya, bukan prasasti sumpahan melainkan wujud hukum tertulis awal di Bumi Pertiwi. Buku Erwan dilengkapi visual tinggalan Sriwijaya berupa foto-foto guna menjawab keingintahuan masyarakat pembaca berkenaan Ke-sriwijayaan.
Setelah Erwan Suryanegara dilanjutkan paparan buku kedua oleh Dian, “Reformasi Ketenagakerjaan” kemudian diteruskan oleh Maudy, “Pembangunan Ekonomi Maritim Berkelanjutan”. Baik Dian maupun Maudy secara piawai mempresentasikan hasil telaah mereka, tentunya sesuai tema seperti disebutkan tadi. Tampak bahwa secara kebetulan pada sesi Panel I itu, sesungguhnya ada keselarasan tema/judul pada materi yang dibicarakan.
Pembahas pertama tampil Dr. Vieronica yang membahas buku Melacak Jejak Istana Sriwijaya, Vieronica tampaknya telah berhasil membaca isi buku yang dibahasnya secara detail. Dr. Vieronica mampu mengungkapkan dengan baik poin-poin gagasan penulis buku yang dibahasnya, “…walaupun jujur saya baru pertama pada buku ini belajar kenal akan Sriwijaya…,” ujar Vieronica.
Patut diberikan apresiasi tinggi, karena melalui Forum Ilmiah Bedah Buku Dies FISIP – UNSRI ke-42 ini, telah muncul pemikiran-pemikiran kritis: Indonesia sebagai kawasan maritim sejak era Sriwijaya, namun kemaritiman itu sendiri hingga kini tampaknya masih misteri. Mari, para mahasiswa, dosen-dosen terutama yang masih muda, serta seluruh civitas akademika di FISIP – UNSRI, jadilah pelopor mengungkap misteri itu, guna menggapai cita-cita Nasional, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia… Dirgahayu FISIP-UNSRI. (SN/Biro SumselBabel).**